Kisah

Salman, Abu Darda’ dan Seorang Perempuan

Salman al-Farisi ra. ingin menikahi seorang perempuan dari Bani Laits. Ia meminta Abu Darda’ ra. – sahabatnya yang juga keluarga perempuan itu – untuk meminangkan perempuan itu untuk dirinya.

Abu Darda pergi menemui keluarga perempuan tersebut. Ia bercerita kepada mereka tentang keutamaan Salman sebagai sahabat senior yang lebih dulu masuk Islam. Setelah itu, barulah ia utarakan maksud ke datangannya untuk meminang anak perempuan mereka untuk Salmån.

Keluarga perempuan itu menjawab, “kami tidak akan menikahkan anak perempuan kami kepada Salmân. Tapi, kami akan menikahkannya denganmu!”

Abú Darda’ pun menikah dengan perempuan itu. Tak lama setelah peristiwa itu, ia pulang dan menemui Salman.  Ia berkata, “Sesuatu telah terjadi, tapi aku malu menceritakannya kepadamu.” Melihat Abu Darda’ tampak tak nyaman, Salman pun bertanya, “apa itu, Abu Darda’?”

Abu Darda’ pun menceritakan peristiwa itu. Mendengar itu, Salman berkata, “Mestinya aku yang lebih malu karena meminang seorang perempuan yang ternyata Allah takdirkan untukmu.”

Sumber: Shifatu al-Shofwah Juz I hlm 204

Kehati-hatian Abu Bakar ra.

Abu Bakar al-Shiddiq ra. memiliki seorang budak yang bekerja untuk mencari nafkah baginya. Pada suatu malam, budaknya itu menyuguhinya makanan. Lalu Abu Bakar memakannya sesuap.

Budaknya itu pun bertanya, “Mengapa engkau bertanya kepadaku di setiap malam (tentang makanan), tetapi kamu tidak bertanya kepadaku pada malam ini?” Abu Bakar menjawab, “Karena aku sangat lapar.” Ia pun lalu bertanya, “Darimana kamu memperoleh makanan ini?”

Budak itu menjawab, “Dahulu aku pemah berpapasan dengan suatu kaum di masa jahiliyah, lalu aku melakukan jampi-jampi kepada mereka, dan mereka berjanji untuk memberiku sesuatu. Nah, hari ini aku bertemu dengan mereka lagi, dan ternyata mereka sedang mengadakan pesta sehingga mereka pun memberiku makanan ini.”

Abu Bakar berkata, “Kamu menyaris menghancurkanku.” Kemudian Abu Bakar memasukkan tangannya ke tenggorokannya agar muntah. Namun, makanan itu tidak kunjung keluar. Lalu seseorang berkata kepadanya, “Makanan itu tidak bisa keluar kecuali dengan air.”

Abu Bakar pun meminta diambilkan sebaskom air dan meminumnya hingga muntah. Lalu seseorang berkata, “Semoga Allah merahmatimu. Semua ini hanya demi sesuap makanan?” Abu Bakar menjawab, “Seandainya sesuap makanan ini tidak bisa keluar kecuali bersama nyawaku, niscaya tetap aku keluarkan. Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Setiap jasad yang tumbuh dari makanan yang haram, maka neraka lebih pantas untuknya’. Karena itu, aku takut ada bagian dari tubuhku yang tumbuh dari sesuap makanan ini.”

Sumber: Hilyatu al-Auliya’ Juz I hlm 30