22 Oktober 2022, upacara hari santri kembali digelar secara terbuka di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah. Setelah dua tahun acara diselenggarakan secara terbatas, acara hari santri tahun menjadi spesial karena pada tanggal yang sama putri pertama KH. Achmad Asrori, Nyai Siera en-Nadia berulang tahun.
Agak berbeda dengan upacara hari santri sebelumnya. Tahun ini, tidak ada acara pengibaran bendera. Hanya saja, ada pembentangan bendera dengan panjang lebih dari 100 meter.
Acara ini diikuti oleh seluruh santri Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, baik yang mukim ataupun yang tidak. Mulai dari jenjang Raudlatul Athfal hingga Ma’had Aly, berbaris sesuai dengan waktu geladi bersih.
H. Wisnu dari Yayasan Al-Khidmah Indonesia (YAKIN) Kembali ditunjuk untuk menjadi Pembina upacara, setelah upacara 17 Agustus lalu, ia juga melaksanakan tugas yang sama. Dalam kesempatan itu ia membacakan teks Sambutan Menteri Agama Republik Indonesia pada upacara Peringatan Hari Santri 2022.
“Dulu, ketika Indonesia masih dijajah, para santri turun ke medan laga, berperang melawan penjajah. Menggunakan senjata bambu runcing yang terlebih dahulu didoakan Kiai Subchi Parakan Temanggung, mereka tidak gentar melawan musuh.” Teks ini sesuai dengan sejarah perjuangan awal mula agama islam. Dan tentu ini sesuai dengan kondisi santri ketika masih di pesantren.
Selama di pesantren, santri berperang melawan nafsu yang senantiasa ingin menguasai dirinya. Berbekal niat, tekat dan tentu do’a para Kiai, santri berusaha mengisi hari-harinya dengan beribadah dan menuntut ilmu. Harapannya? Apalagi kalau bukan untuk merdeka dari penjajahan nafsu.
“Pascakemerdekaan Indonesia, santri lebih semangat lagi memenuhi panggilan Ibu Pertiwi. Mereka tidak asyik dengan dirinya sendiri, tetapi terlibat secara aktif di dunia perpolitikan, pendidikan, sosial, ekonomi dan ilmu pengetahuan, selain juga agama.” Ini adalah tantangan selanjutnya, selepas santri menyelesaikan masa belajarnya di pesantren.
Ya, predikat santri tak lantas menguap setelah seorang santri menyelesaikan masa belajarnya di pesantren. Dan selepas dari pesantren bukan berarti masa belajar seorang santri berarti berakhir. Sekali lagi bukan seperti itu.
Setelah selesai dengan dirinya sendiri tentu santri punya tugas mulia, yaitu menyebarkan hal-hal baik yang ia ketahui di masyarakat di manapun ia tinggal. Lebih dari itu, faktanya, sejak sebelum Indonesia merdeka hingga hari ini, banyak nama orang yang terlibat dalam perkembangan di negeri ini adalah santri.
Tanpa menafikan, mereka yang bukan santri. Santri-santri hari ini harus tahu betul bahwa ada titipan dari para santri pendahulu untuk ikut serta aktif dalam menjaga keberlangsungan Negara Indonesia sesuai bidang dan kemampuan yang dimiliki.
Meski demikian, tentu santri tak boleh lupa dengan tugas utamanya, yaitu menjaga agama itu sendiri. Dengan wujud mengedepankan nilai-nilai agama dalam setiap perilakunya. Dan, diantara satu tujuan agama diturunkan di bumi ini adalah menjaga martabat kemanusiaan atau hifdzunnas.
Sebagai manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama, santri juga punya peran dalam menjaga martabat kemanusiaan, yang menjadi tema besar dalam hari santri tahun 2022. Santri harus berprinsip bahwa menjaga martabat kemanusiaan adalah esensi ajaran agama. Apalagi, di tengah kehidupan Indonesia yang sangat majemuk. Bagi santri, menjaga martabat kemanusiaan juga berarti menjaga Indonesia.
- FESTBA 2024: Festival Turats dan Bahasa - November 26, 2024
- Kaget Bunyi Keras Knalpot, Nyawa Melayang - November 5, 2024
- Hilal Shafar 1446 H. Terlihat di Al Fithrah Surabaya - August 6, 2024