Di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, setiap malam 27 Ramadhan diadakan majlis dzikir dan shalat malam. Majlis ini secara istikomah dilaksakan oleh Hadrotusy Syaikh KH. Achmad Asrori al-Ishaqi. Dalam sebuah kesempatan beliau menuturkan mengapa memilih malam 27 Ramadhan sebagai penempatan majlis ini. Harapan mendapat malam Lailatul Qadar di dalam majlis ini adalah jawabannya.
Lailatul Qadar di Sepuluh Malam Terakhir Ramadan
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ فِي الوِتْرِ، مِنَ العَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Dari Sayyidah ‘Aisyah RAH, Rasulullah SAW bersabda, “carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir Ramadan”.
Lailatul Qadar di Tujuh Malam Terakhir Ramadan
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رِجَالًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أُرُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي المَنَامِ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ، فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيْهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ
Dari Ibnu ‘Umar RA, bahwa ada seorang dari sahabat Nabi SAW yang menyaksilan Lailatul Qadar dalam mimpi terjadi pada tujuh hari terakhir. Lalu Rasulullah SAW berkata, “Aku memandang bahwa mimpi kalian – tentang Lailatul Qadar – terjadi pada tujuh malam terakhir, maka siapa yang mencarinya, hendaknya ia mencari di tujuh malam terakhir”.
Lailatul Qadar di Malam 21, 23, dan 25 Ramadan
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «اِلْتَمِسُوْهَا فِي العَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ القَدْرِ، فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى، فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى، فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى
Dari Ibnu ‘Abbas RAH bahwa Nabi SAW bersabda, “carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan, pada sisa malam kesembilan, pada yang ketujuh, pada yang kelima”.
Lailatul Qadar di Malam 27 Ramadan
عَنِ ابْنِ عُمَر -رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا -قَالَ: “كَانُوْا لَا يَزَالُوْنَ يَقُصُّوْنَ عَلَى النَّبِي -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -الرُّؤْيَا مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ النَّبِي -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاتَرَتْ إِنَّهَا لَيْلَةُ سَابِعَةٍ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيًا فَلْيَتَحَرَّهَا اللَّيْلَةَ السَّابِعَةِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ”
Dari Ibnu ‘Umar RA, beliau berkata, “beberapa sahabat terus-menerus bercerita tentang mimpi di sepuluh hari terakhir Ramadan. Lalu Rasulullah SAW berkata, “Aku melihat bahwa mimpi kalian – tentang Lailatul Qadar – berturut-turut terjadi di malam ketujuh dari sepuluh hari akhir Ramadan. Maka siapa yang mencarinya, hendaknya ia mencari di di malam ketujuh dari sepuluh hari akhir Ramadan “.
عَنِ ابْنِ عَبَّاس أَنَّهُ قَالَ: لَيْلَةُ الْقَدْرِ تِسْعَةُ أَحْرُفٍ وَهُوَ مَذْكُوْرٌ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَتَكُوْنُ الْجُمْلَةَ سَبْعَةِ وَعِشْرِيْنَ
Ibnu Abbas berkata, “lafadz lailatul qadar terdiri dari sembilan huruf. Lafadz ini diulang tiga kali – dalam surat al-Qadar -, sehingga jumlah semua hurufnya 27”.
Kesimpulan
Pemilihan malam 27 Ramadhan oleh Kiai Asrori sebagai pelaksanaan majlis yang istikomah dilaksanakan di ponpes Al Fithrah ternyata memiliki dasar. Baik itu hadits Nabi Saw, dan pendapat sahabat. Meskipun malam 27 adalah acara puncak qiyamul lail di ponpes Al Fithrah, tapi di malam setelahnya shalat malam pun masih diselenggarakan.
Sehingga membaca hal ini, diantara buah seseorang yang mendapatkan Lailatul Qadar ia masih beribadah hingga akhir Ramadhan. Dan, di bulan setelahnya Lailatul Qadar akan membekas di hatinya dengan wujud istikomah beribadah dan berbuat baik pada sesama manusia.
Referensi:
Shahihu al-Bukhari
al-Ghunyah li Thalibi Thariqi al-Haq
Muraahu Labiidi
- Hilal Shafar 1446 H. Terlihat di Al Fithrah Surabaya - August 6, 2024
- Kapan Tanggal 1 Muharram 1446 H.? - July 6, 2024
- Panduan Memilih Pesantren Bagi Calon Wali Santri - May 16, 2024