alfithrahsurabaya

Peringati Hari Kemerdekaan: Al Fithrah Adakan Lomba dan Penampilan Santri

Selain upacara bendera, pelaksanaan lomba adalah kegiatan wajib di bulan Agustus. Bulan merdekan bangsa Indonesia. Demikian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah.

Lomba di hari kemerdekaan merupakan upaya napak tilas perjuangan. Memeriahkannya adalah bagian dari mengingat betapa sulitnya para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Terlibat dalam pelaksanaan lomba adalah upaya mengenang memori tentang Indonesia pada masa lalu dan mensyukurinya pada masa kini.

Lomba balap karung misalnya. Karung goni sempat menjadi pakaian pokok nenek moyang kita pada masa penjajahan dulu. Mereka perlu berjalan terseok-seok untuk sampai pada tujuan yang diharapkannya.

Al Fithrah adakan lomba hari kemerdekaan

Untuk memperingati hari kemerdekaan maka setiap tanggal 17 Agustus diadakan aktivitas-aktivitas yang meningkatkan kecintaan. Di antara aktivitas tersebut adalah lomba tujuh belasan. Selain meningkatkan kecintaan, lomba memperingati tujuh belas Agustus juga bisa mempererat kebersamaan. Menghilangkan sekat perbedaan ras, suku, agamanya.

Lomba memperingati hari kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya dilaksanakan selama beberapa hari. Lomba dibuka pada Ahad 13 Agustus 2023. Pembukaan lomba diawali dengan pertandingan persahabatan futsal antara pengajar PDF Wustho dan PDF Ulya Al Fithrah.

Lomba tujuh belasan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah ini terdiri dari lomba ilmiah dan lomba hiburan. Lomba ilmiah yang dimaksud adalah lomba yang bisa meningkatkan keahlian di bidang pelajaran. Sedang lomba hiburan yang dimaksud adalah olahraga badan.

Kategori lomba hari kemerdekaan

Kategori lomba hari kemerdekaan di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya sangat beragam. Pelaksanaannya tahun ini dipanitiai per unit pendidikan. Santri PDF Wustho dan Ulya dibedakan sesuai tingkatannya. Juga antara santri putra dan putri.

Untuk kegiatan lomba santri putri berpusat di area asrama putri, sementara lomba santri putra di area asrama putra di timur masjid Al Fithrah. Lomba-lomba yang dilaksanakan tak kalah meriah dengan lomba di luaran sana. Terutama dalam antusiasme para pesertanya. Dari lomba ini juga bisa diketahui mana-mana santri dengan bakat khusus yang dimilikinya.

Di jenjang PDF Wustho, diadakan lomba qiroatul kitab. Kitab yang dibaca dalam lomba ini adalah Kitab Safinatun Najah. Ada juga lomba manaqib, hafalan Imrithi, lalaran Imrithi, lomba adzan, lomba tartil, lomba puisi Bahasa Inggris, lomba pidato Bahasa Arab. Dalam kategori lomba hiburan ada lomba futsal dan balap karung.

Di jenjang PDF Ulya, setiap santri diberi pilihan untuk mengikuti beberapa kategori lomba yang diadakan. Di antaranya adalah lomba qiroatul kitab Fathul Qorib, lomba hafalan alfiyah, speech, khitobah, debat Bahasa Indonesia, hafalan tashrif, cerdas cermat Islam, lalaran Alfiyah dan futsal.

Selain lomba di unit pendidikan, rangkaian lomba tujuh belas Agustus juga diadakan oleh Majelis Kebersamaan dalam kajian dan Pembahasan Ilmiah (MKPI) Putri. Di antara lomba yang diadakan adalah lomba menulis cerpen dan lomba kaligrafi. Selama tiga hari masa lomba ini kegiatan belajar mengajar diliburkan.

Penutupan lomba hari kemerdekaan

Acara penutupan lomba hari kemerdekaan dilaksanakan di lapangan Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah. Kegiatan di lapangan ini dikhususkan untuk santri putra. Sementara untuk santri dilaksanakan di area asrama putri.

Di acara penutupan ini juga diberikan penghargaan kepada para juara. Dalam sambutannya, Ust. Nasiruddin, M.Pd menyampaikan perlunya para santri tidak berhenti pada lomba saja.

“Yang sangat penting dalam lomba ini adalah keberlanjutan dalam belajar. Siyap?” kata Kepala Bagian Pendidikan Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya disambut pernyataan siap para santri.

“Kalau sampeyan belajar dan berhasil, mulai Sekolah Dasar, Wustho, Ulya dan sarjana. Nanti di masyarakat akan merdeka” tambah beliau lagi. “Terima kasih kepada semua santri, baik wustho maupun ulya. Para asatid yang telah terlibat dalam acara ini. Jazakumullah ahsanal jaza. Semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang tebaik” tutup beliau.

mz/dfn

Upacara Bendera Al Fithrah Surabaya: Formasi Garuda

Momentum tujuh belas Agustus selalu meriah di seluruh pelosok Indonesia. Masyarakat menyambutnya dengan gegap gempita. Upacara bendera dilakukan di mana-mana. Tak lain adalah sebagai wujud upaya mensyukuri kemerdekaan Indonesia.

Upacara bendera bukan hanya perkumpulan tanpa makna. Upacara bendera juga bisa jadi semakna dengan pembacaan manaqib para pahlawan pendiri bangsa. Mereka para pahlawan berjuang berdarah-darah. Mengorbankan segala apa yang dipunya.

Sebentar bersikap khidmat kita saat upacara tidaklah sebanding dengan pengorbanan mereka. Setidaknya, dengan bersikap khidmat kita sudah berusaha menghargai jasa para pahlawan pendiri bangsa.

Mensyukuri Hari Kemerdekaan Indonesia

Upacara bendera di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Upacara bendera pengibaran sang saka merah putih ini diikuti oleh seluruh santri dari berbagai unit di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, mulai dari jenjang RA, MI, PDF Wustho, PDF Ulya, Ma’had Aly dan MDTJ Al Fithrah Surabaya.

Tampak hadir di barisan depan adalah Keluarga Ndalem Hadlratusy Syaikh Romo KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi. Juga para pengurus Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah, pengurus yayasan Al Khidmah serta asatidz asatidzah serta pengurus Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya.

Bagaimanapun, hari kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan 78 silam. Indonesia sudah mengumumkan kemerdekaannya. Tidak ada lagi penjajah. Tidak ada yang mengintervensi. Rakyat Indonesia bisa dengan tenang melaksanakan aktivitas kesehariannya.

Merdeka yang kita peroleh bukan kebahagiaan yang diperoleh dengan cuma-cuma. Ada harga mahal yang dibayar pahlawan dulu. Kita sebagai warga negara Indonesia berkewajiban memberikan warna yang indah untuk Indonesia. Mengisi hari-hari setelah Proklamasi digaungkan, dengan hal-hal yang membawa dampak positif untuk diri sendiri dan negara. Hal ini tak lain sebagai wujud syukur atas nikmat merdeka.

Amanat Pembina Upacara

Amanat Pembina Upacara dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Ke-78 Republik Indonesia di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya disampaikan oleh KetuaPondok, Ust. Ahmad Kunawi, M.Pd.

“Pada hari ini kita melaksanakan upacara memperingati tujuh belas Agustus 2023 guna memperingati jasa para pahlawan yang telah berjuang melawan penjajah. Hari ini, 78 tahun yang lalu, merah putih berkibar dan lagu kebangsaan dilantunkan di bumi pertiwi. Sebagai tanda bahwa tanah air Indonesia telah merdeka,” sambut Ust.  Ahmad Kunawi, Ketua ponpes Al Fithrah.

“Kita, keluarga besar Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah memperingatinya dengan upacara kemerdekaan Indonesia.Ini sesuai dengan  yang dianjurkan guru kita, Hadlratusy Syaikh Romo KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy. Artinya, kehadiran kita memperingati hari kemerdekaan Indonesia ini juga adalah dalam rangka nderek aken dawuh Beliau Hadlratusy Syaikh Romo KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi,” sambung beliau.

Sebagaimana diketahui, tema hari kemerdekaan ke-78 kali ini adalah “terus melaju untuk Indonesia maju”, maka sudah seyogianya bagi kita untuk memperdalam ilmu pengetahuan. Perlu untuk belajar, belajar dan belajar.

“Kemerdekaan yang kita peroleh ini adalah juga adalah berkat para kiyai, para ulama, para santri. Hadlratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari misalnya. Dengan resolusi jihadnya adalah figure utama yang membakar semangat Bung Tomo dan arek-arek Suroboyo dalam pertempuran di Surabaya,” tambah beliau lagi.

Jauh sebelum itu, peran para ulama untuk kemerdekaan Indonesia tak terhitung jumlahnya. Mereka berjuang bukan hanya harta, melainkan juga nyawanya. Di antaranya ada Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, dan para pahlawan yang namanya belum sempat tercatat sejarah. Demikian disampaikan dalam amanat pembina upacara.

Memaknai Hari Kemerdekaan

Santri diharap bisa memaknai hari kemerdekaan negerinya. Hari kemerdekaan bukan hanya rutinitas saja. Para santri bukan hanya berpanas ria ketika mengikuti upacara bendera. Mereka diharap membawa oleh-oleh perubahan ke arah yang lebih baik setelahnya.

Sebagai santri, tugas memaknai hari kemerdekaan Indonesia bisa dengan belajar, belajar dan belajar. Kemerdekaan yang telah diwariskan para pahlawan ini tidak sia-sia. Para santri diharapkan mampu meniru para pendahulunya.

Para santri dulu mampu menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan. Para santri hari ini diharapkan mampu memaknai hari kemerdekaan dengan menjaga keutuhan bangsa dan negara.

Menjaga keutuhan bangsa dan negara bisa dilakukan dengan rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Belajar yang rajin, tidak sering bolos, sehingga kelak sepulang nanti akan menjadi manusia yang benar-benar berguna.

Memaknai hari kemerdekaan bisa dilakukan dengan menjaga semangat persatuan dan kesatuan. Saling menghormati antar sesama santri dari manapun asalnya.

Formasi Garuda dalam Upacara bendera di Al Fithrah

Formasi garuda nampak terbentuk ketika upacara bendera di Al Fithrah Surabaya. Upacara bendera memperingati hari kemerdekaan di Al Fithrah tahun ini membentuk gambar garuda yang membentangkan sayapnya.

Setiap tahunnya, para santri paskibraka ini menampilkan formasi yang berbeda. Para santri yang tergabung dalam team paskibraka ini sudah berlatih sejak akhir bulan Juli lalu. Mereka adalah para santri terpilih yang tersaring dari seratusan santri.

Mereka telah siang malam berlatih untuk kesuksesan pelaksanaan upacara bendera di Al Fithrah. Garuda mewakili semangat mereka. Semangat santri Al Fithrah secara keseluruhan. Bahkan semangat seluruh rakyat Indonesia.

Garuda adalah simbol kebersamaan. Kekohonan dalam persatuan. Garuda mewakili bhinneka tunggal ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Selamat Hari Ulang Tahun ke-78 Republik Indonesia. Mari bersama-sama melaju untuk Indonesia yang lebih maju.

Semoga segenap doa terbaik yang dilantunkan hari ini menjadi sebab sentosa, damai dan sejahteranya Indonesia. Amin.

mz/dfn

3 Tingkatan Puasa dan Cara Menapakinya.

Pekan pertama Ramadhan 1444 H. sudah kita lalui bersama. Sejak alarm imsak berbunyi hingga adzan maghrib berkumandang, kita menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa setiap harinya. Tapi, apakah puasa yang telah kita jalankan selevel dengan puasanya para kekasih Allah SWT?

Tingkatan Puasa

Dalam kitab Asroru al-Shaum, Imam Abu Hamid al-Ghazali memaparkan tiga tingkatan puasa; puasa orang awam, puasa orang istimewa, dan puasanya orang teristemewa.

Puasa orang awam berupa menjaga keinginan perut dan farji sebagaimana yang tertuang dalam kitab-kitab fiqh.

Puasa orang istimewa berupa menjaga kelima indra dan anggota badan lainnya dari berbuat dosa.

Puasa orang teristimewa berupa menjaga hati dari tujuan yang rendah, memikirkan duniyawiyah dan dari selain Allah Swt secara totalitas.

Meningkatkan level puasa

Mengaca pada tujuh hari yang telah kita lalui barangkali kita masih di level puasa orang awam. Imam al-Ghazali dalam kitab yang sama memaparkan enam hal agar puasa kita bisa naik level.

Pertama, menjaga dan mencegah mata dari kebebasan melihat hal yang yang tercela dan dimakruhkan. Apalagi pada perkara yang berpotensi menyibukkan hati dari mengingat Allah SWT.

Kedua, menjaga lisan dari berbicara yang tidak bermanfaat, seperti berdusta, menggunjing, mengadu domba daln lainnya. Selanjutnya menyibukkan lisan dengan berzikir kepada Allah SWT dan membaca al-Qur’an.

Ketiga, menjaga pendengaran dari perhatian hal-hal yang dimakruhkan apalagi yang yang haram. Karena setiap perkara yang haram diucapkan, haram pula diperhatikan.

Keempat, menjaga anggota tubuh dari (berbuat) dosa. Berupa menjaga tangan dan kaki dari perkara yang makruh (dikerjakan) dan menjaga perut dari berbuka dengan perkara syubhat.

Kelima, tidak memperbanyak (mengonsumsi) makanan yang halal ketika berbuka, sehingga taka da ruang di perutnya. Sebab tidak ada bejana yang membuat Allah SWT murka, dari perut terlalu kenyang dengan makanan halal.

Keenam, etelah berbuka puasa, menyandarkan hati kepada Allah SWT. Memasrahkan puasa yang dilakukan antara berharap diterima dan takut ditolak oleh Allah SWT. Dan, hendaknya demikian setiap mengakhiri setiap ibadah.

Apakah dengan menjalankan enam hal di atas puasa kita otomatis naik level?

Mengikuti definisi puasa orang itimewa, harusnya begitu. Meskipun berat tentu layak kita coba. Untuk tingkatan puasa yang ketiga, tentu akan lebih berat lagi. Karena menurut Imam al-Ghazali, puasa tingkat ketiga ini adalah puasanya para Nabi, Shiddiqin dan a-Muqarrabin.

Waba’du; semoga puasa dan segala bentuk ibadah yang kita kerjakan selama bulan Ramadhan mendapat Ridha Allah SWT. Amin.

*Dirangkum dari kitab Asraru al-Shaum min Ihyai ‘Ulumi al-Dini, karya Imam Abu Hamid al-Ghazali, hlm. 27-40.