Islam adalah satu-satunya agama yang mewajibkan adanya zakat. Mengeluarkan sedikit bagian hartanya untuk kaum papa dan melarat. Tidak main-main, Islam menjadikan kewajiban zakat sebagai bagian rukun yang tidak bisa diganggugugat. Barang siapa yang diberi kemampuan menunaikan tapi enggan melakukan, maka baginya tidak hanya dosa karena telah melanggar syariat.
Menjelang akhir Ramadan, biasanya masjid-masjid atau lembaga tertentu, menerima penyaluran zakat; baik zakat fitrah maupun zakat mal. Zakat fithrah sendiri adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim di bulan Ramadan.
Zakat Fitrah
Secara bahasa zakat bermakna membersihkan dan menambahkan. Secara istilah, zakat adalah nama barang yang dikeluarkan dari harta yang dimiliki. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), zakat fitrah adalah zakat yang wajib diberikan oleh umat Islam setiap setahun sekali saat Idul Fitri, yang berupa makanan pokok sehari-hari seperti beras dan jagung.
Sejarah
Zakat fitrah baru disyari’atakan di tahun ke-2 setelah Nabi Saw. Hijrah ke Madinah. Perintah untuk membayar zakat fitrah ini bersamaan dengan perintah puasa. Tak lama setelah perintah zakat fitrah, umat islam juga mendapat perintah diwajibkannya zakat harta (zakat mal). Perintah itu juga berisi kentuan jenis harta yang wajib dizakati serta kadar ukurannya.
Syarat wajib berzakat fitrah
Syarat sesorang wajib mengeluarkan zakat fitrah adalah:
1) Beragama Islam, tanpa ada batasan usia, gender ataupun status sosial.
2) Sudah masuk waktu Maghrib hari terakhir Ramadan.
3) Adanya kelebihan harta pada hari raya untuk dirinya, ataupun keluarga muslim yang wajib dinafkahinya.
Seseorang yang sudah berkeluarga dan mempunyai kelebihan harta untuk hari raya, juga berkewajiban membayarkan zakat orang-orang yang wajib dinafkahinya.
Orang yang berhak menerima zakat
Zakat tidak bisa diberikan ke sembarang orang. Dalam Al-Qur’an sudah disebutkan tentang 8 golongan yang menerima zakat:
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ [التوبة: 60]
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk (1) orang-orang fakir, (2) orang-orang miskin, (3) pengurus-pengurus zakat, (4) para mu’allaf yang dibujuk hatinya, (5) untuk (memerdekakan) budak, 6) orang-orang yang dililit hutang, 7) untuk jalan Allah dan 8) untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. At-Taubah: 60).
Ukuran Zakat Fitrah
Besar zakat fitrah untuk satu orang adalah satu sho’makanan pokok yang umumnya dikonsumsi di daerah orang yang menunaikan zakat. dikonversikan menjadi 2,7 kg. Di Indonesia, beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduknya. Sehingga lumrtahnya beras adalah makanan pokok yang dikeluarkan sebagai zakat. Nilai zakat jika dirupiahkan kira-kira Rp. 30.000, atau Rp. 35.000, sesuai kualitas berasnya.
Waktu Menunaikan Zakat Fitrah
Ada beberapa waktu pelaksanaan zakat terdapat lima jumlahnya.
- Waktu yang diperbolehkan (jawaz) adalah berlaku sejak bulan Ramadan tiba.
- Waktu yang penuh keutamaan (fadhilah) adalah sebelum keluar menuju sholat Id hari raya.
- Waktu wajib berlaku setelah buka puasa terakhir di malam hari raya.
- Waktu makruh (dibenci atau tidak dianjurkan) berlaku dengan mengakhirkan zakat setelah sholat Id, kecuali karena adanya udzur. Dan
- waktu haram berlaku dengan mengakhirkan pada hari raya tersebut.
Niat memberi dan menerima zakat
Berikut niat ketika menyerahkan harta zakat fitrah, meliputi untuk:
1. diri sendiri
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ نَفْسِيْ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
2. istri
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ زَوْجَتِيْ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
3. anak laki-lakiku
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ وَلَدِيْ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
4. anak perempuanku
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ بِنْتِيْ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
5. orang yang nafkahnya menjadi kewajibanku.
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنِّيْ وَعَنْ جَمِيْعِ مَا يَلْزَمَنِيْ نَفَقَاتُهُمْ شَرْعًا فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
Sementara itu bagi penerima zakat fitrah, berikut doa yang dibaca:
اَجَرَكَ اللهُ فِيْمَا أَعْطَيْتَ وَبَارَكَ فِيْمَا أَبْقَيْتَ وَجَعَلَهُ لَكَ طَهُوْرًا
“Semoga Allah memberikan pahala atas apa yang engkau berikan dan semoga Allah memberikan berkah atas harta yang kau simpan dan menjadikannya pembersih bagimu”.
Perlu menjadi catatan bahwa melafalkan niat (talaffudz) tidak diwajibkan. Begitu juga penggunaan redaksi niatnya dalam bahasa Arab. Seseorang boleh berniat dengan bahasanya masing-masing, sebab hanya sebagai sarana untuk memantapkan niat. Yang terpenting adalah terbersit dalam hati keinginan bersengaja untuk menunaikan zakat fitrah.
Tujuan Zakat
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ‘diterimanya amal puasa adalah bergantung pada dikeluarkannya zakat fitrah’. Zakat fitrah mampu mengangkat derajat puasa, sebagaimana sholawat mampu mengangkat do’a.
Guru dari Imam Syafi’i, Syaikh Waki’ bin Al-Jarah memiliki pandangan tersendiri tentang zakat fitrah sebagaimana disebutkan dalam Al-Fiqh al-Islami wa adillatuh:
زَكَاةُ الْفِطْرِ لِشَهْرِ رَمَضَانَ كَسَجْدَةِ السَّهْوِ لِلصَّلَاةِ، تَجْبُرُ نُقْصَانَ الصَّوْمِ، كَمَا يَجْبُرُ السُّجُوْدُ نُقْصَانَ الصَّلَاةِ
“Zakat fitrah terhadap bulan Ramadan memiliki posisi sebagaimana sujud sahwi dalam sholat, yang –dikerjakan- guna menambali kekurangan dan cacat dalam puasa seperti halnya sujud sahwi yang menyempurnakan kembali kekurangan dalam sholat”.
Praktiknya zakat bukan hanya ibadah kepada Allah Swt., dalam zakat juga ada kepedulian sosial. Dengan menyisihkan sedikit dari harta kita ke dalam zakat, maka kita telah turut menebarkan kebaikan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Di hari idul fitri – yang lazimnya disebut hari kemenangan, dan penuh kebahagiaan – zakat-zakat kita besar kemungkinan adalah sumber kabahagiaan mereka yang sedang kekurang di hari itu. Semoga puasa, zakat, sedekah, ifak dan segala bentu ibadah kita diterima semuanya oleh Allah Swt. Aamiin aamiin yaa Rabbal ‘alamiin.
Referensi:
Wahbah Zuhayli, Al-Fiqh al-Islami wa adillatuh 3
Zainudin al-Malibari, Fathu al-Mu’in
Yusuf Qaradawi, Fiqh al-Zakat
Abu Syuja’, Matn al-Taqrib
Ibnul Qasim al-Ghazi, Fathu al-Qarib
- Hilal Shafar 1446 H. Terlihat di Al Fithrah Surabaya - August 6, 2024
- Kapan Tanggal 1 Muharram 1446 H.? - July 6, 2024
- Panduan Memilih Pesantren Bagi Calon Wali Santri - May 16, 2024