Bahtsul Masail Al Fithrah: Bahas Feodalisme Pesantren dalam Rangka Milad ke-39

Surabaya – Majlis Kebersamaan dalam Pembahasan Ilmiah (MKPI) bersama pengurus Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya sukses menggelar Bahtsul Masail Se-Gerbang Kertosusila dalam rangka Milad ke-39 Ponpes Assalafi Al Fithrah.
Kegiatan ilmiah ini berlangsung selama dua hari, 25–26 Agustus 2025, di Gedung Timur lantai 5 Ponpes Al Fithrah, Surabaya.

Acara pembukaan dimulai dengan tawassul dan istighatsah oleh Ust. Khoiruddin, dilanjutkan dengan sholawat Fi Hubbi oleh Ust. Ahmad Syatori serta doa Fi Hubbi yang dipimpin oleh Ust. Fathur Razi.
Dalam sambutannya, Kepala Pondok Ust. Nashiruddin menyampaikan bahwa Bahtsul Masail ini diharapkan menjadi wasilah keberkahan bagi kemajuan pondok.

“Semoga dengan mujalasah dalam rangka tasyakuran Milad Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah ke-39 ini, bisa menjadikan Pondok lebih berkah, berkembang, dan maju,” ungkap beliau.

Beliau juga menuturkan sejarah singkat berdirinya Al Fithrah yang dimulai pada bulan Maulid tahun 1997, bersamaan dengan lahirnya berbagai kegiatan ilmiah dan sosial yang menjadi ciri khas pesantren ini.


Merawat Tradisi, Membangun Generasi Santri Berilmu dan Berakhlak

Mengusung tema “Merawat Tradisi, Membangun Generasi”, acara ini menjadi momentum penting bagi para santri untuk memperdalam keilmuan turats sekaligus menjawab tantangan zaman.
Ust. Nashiruddin menegaskan bahwa santri Al Fithrah diharapkan tak hanya memahami kitab kuning, tetapi juga mampu menjadi muhaqqiq (peneliti) dalam menghadapi problematika modern tanpa meninggalkan nilai-nilai amaliah pesantren.

Bahtsul Masail kali ini diikuti oleh 20 pondok pesantren dari berbagai daerah seperti Lirboyo, Al Falah Ploso, Sidogiri, dan Al Fatich Osowilangun, serta beberapa perwakilan dari MWC NU Bubutan Surabaya.
Para mushohih yang hadir antara lain KH. Asyar Shofwan, KH. Dr. Musyaffa’, K. Soelaiman, KH. Ma’ruf Khozin, dan K. Abu Sari, dengan moderator Ust. Abdullah dan Ust. M. Nurush Shobah.


Feodalisme Pesantren: Antara Ta’dhim dan Pendidikan Akhlak

Topik pertama yang dibahas pada Jalsah malam hari adalah “Feodalisme Pesantren”, yang diangkat oleh Ponpes Lirboyo Induk.
Dalam forum yang berlangsung hingga pukul 23.30 WIB itu, para peserta sepakat bahwa sikap ta’dhim santri kepada kiai bukanlah bentuk pengkultusan, melainkan bagian dari pendidikan akhlak dan tarbiyah sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW, sahabat, dan para ulama salaf.
Artinya, tradisi penghormatan kepada guru tetap membuka ruang dialog dan tabayyun selama dijaga dengan adab yang baik.

Pada hari kedua, 26 Agustus 2025, topik dilanjutkan dengan pembahasan “Meminta Amal dengan Mengatasnamakan Lembaga Lain” yang merupakan kontribusi soal dari Al Fithrah. Hasil musyawarah menyimpulkan bahwa tindakan tersebut haram karena mengandung unsur penipuan (gharar), namun amal pemberi tetap sah selama niatnya tulus.

Acara ditutup dengan pembacaan hasil keputusan dan doa oleh KH. Ma’ruf Khozin, Ketua Fatwa MUI Jawa Timur, yang menegaskan:

“Pondok Pesantren Al Fithrah yang dikenal dari sisi tasawuf dan spiritualnya, ternyata juga memiliki kedalaman dalam kajian fikihnya.”

Untuk hasil keputusan bahtsul masail nya bisa dilihat di sini.