alfithrah

FESTBA 2024: Ajang Silaturrahmi Lembaga Se-Jawa Timur

Sabtu (28/12/2024). Sejak Jum’at malam, Al Fithrah kedatangan beberapa santri dari berbagai pesantren se-Jawa Timur. Mereka hendak berkompetisi dalam Festival Turats dan Bahasa FESTBA 2024 di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah. Kompetisi yang diselenggarakan oleh PDF Ulya Al Fithrah ini mengangkat enam jenis lomba, yakni; MQK Fathul Qorib, Hafalan Alfiyyah Ibni Malik, Hafalan Aqidatul Awam, Story telling, Qishoh Araby dan Eksebisi lalaran.

Pembukaan FESTBA 2024

Tercatat hadir 150 lebih peserta dan pendamping terlibat dalam kegiatan ini. Dari data yang dimiliki panitia, terdaftar peserta MQK Fathul Qorib sejumlah 27, Hafalan Aqidatul Awam 27 peserta, Hafalan Alfiyah 22 peserta, Story telling 20 peserta, Qishoh Araby 9 peserta dan  Eksebisi Lalaran 7 peserta.

Pembukaan acara FESTBA 2024 dilaksanakan di Pendopo Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah. Acara dibuka dengan Tawasul, Istighotsah dan Maulid Fi Hubby. Setelah acara seremonial doa pembuka dilanjutkan dengan sambutan mewakili panitia yang disampaikan oleh Kepala PDF Ulya Al Fithrah, Ust. Hermansah, M.Ag.

“Kami sebagai tuan rumah mengucapkan selamat datang di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah. Terima kasih atas kerawuhan panjenengan sedoyo. Mohon maaf, apabila dalam penyambutan – tadi malam sudah banyak yang datang – barangkali ada tempat atau hidangan, saya yakin banyak kekurangan. Mudah-mudahan kehadiran panjenengan sedoyo di sini dibalas oleh Allah subhanahu wa ta’ala, jazakumullahu ahsanal jaza’” Sambut Ust. Hermansah.

Sambutan atas nama pengurus Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah disampaikan langsung oleh Kepala Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya, Ust. Ahmad Kunawi, M.Pd.

“Mudah-mudahan acara-acara seperti ini bisa kita selenggarakan secara istiqomah. Dan mudah-mudahan Pondok Pesantren di Jawa Timur terutama, akan semakin maju, semakin menggeliat dengan adanya acara semacam ini” Ust. Ahmad Kunawi.

“Kami menyambut baik lomba pada hari ini dalam rangka mengasah fikiran, mengasah otak kita. Tujuannya adalah kita fastabiqul khoirut. Menang alhamdulillah, tidak menang ya innalillah. Yang penting adalah silaturrahmi nya” kata Ust. Kunawi disertai canda yang kemudian dilanjutkan pembukaan FESTBA secara resmi oleh beliau.

Setelah sesi opening ceremony, para peserta diarahkan oleh teman-teman OSIS PDF Ulya Al Fithrah menuju ke ruang lomba masing-masing. Ruang lomba MQK di pendopo, Hafalan Alfiyah di PW lantai tiga, Hafalan Aqidatul Awam di PW lantai dua, Story telling di Perpustakaan PDF Ulya Al Fithrah, Qishoh di ruang PJM Manaqib dan Eksebisi lalaran di ruang PJM Al-Qur’an.

Juri FESTBA 2024 merupakan individu yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Ada KH. Soelaiman, M.Sy. dan Mas Faiz Albar Basyaiban sebagai juri MQK. Mas Ahmad Jabroil dan Ust. Sirojul Munir, S.Ud. sebagai juri Hafalan Alfiyah. Ust. Ali Sofwan Muzani, M.Pd. dan Ust. M. Nizar Sholeh sebagai juri Hafalan Aqidatul Awam. Pak Ahmad Ghozi Al Faiz dan Ust. Moh, Yasin, M.Pd. sebagai juri Story telling. Habib Saiful Rohman, Lc, M.Th.I. sebagai juri qishoh dan Riski Septian Indrajid, M.Pd. dan Ust. Misbahul Hadi, M.Ag. sebagai juri eksebisi lalaran.

Daftar Juara

Dari hasil penilaian juri diperoleh juara sebagai berikut

MQK Fathul Qorib
Juara I Hendri Susanto (PP Mambaul Ulum Bata Bata Pamekasan)
Juara II Shinta Aziza (PP Nurul Iman Banat Blitar)
Juara III Ahmad Husnul Khuluq (PP Nurul Iman Garum Blitar)

Hafalan Alfiyah
Juara I Ali Tamam (PP Mamba’ul Ulum Bata-Bata)
Juara II Syaifuddin (PDF Ulya Al Fithrah Surabaya)
Juara III Misbahul Munir Zubair (MA Mamba’ul Ulum Bata-Bata)

Hafalan Aqidatul Awam
Juara I Muhammad Raihan Zaini (MTs Mamba’ul Ma’arif Jombang)
Juara II Risalatul Amalia (PDF Ulya Al Fithrah Surabaya)
Juara III Fajrianto Wildani (PDF Wustho Muhadloroh Assyamsuriyah Tuban)

Story Telling
Juara I Bunga Agustin Sri Utami (MAN 2 Gresik)
Juara II Joshevira Al-Faidzin (PDF Wustha Al Fithrah Surabaya)
Juara III Aisyah Ani Nur Sholikhah (PDF Ulya Al Fithrah Surabaya)

Qishoh Arab
Juara I Istighfarin Hafidlo Hasanah (Madin Nurul Huda Surabaya)
Juara II Muhammad Ibnan Rijalal Ghaibi (Madin Darul Lughah Wal Karomah Probolinggo)
Juara III Fawwazah Naila Hafiz (SPM Ulya Al-Amiriyyah Banyuwangi)

Eksebisi Lalaran
Juara I PP Nurul Iman Induk Blitar
Juara II PP Annajiyah Timur Surabaya
Juara III PDF Ulya Al Fithrah Surabaya
Harapan I PP Mambaul Ulum Bata-Bata Pamekasan

Penutupan FESTBA 2024

Pembagian hadiah FESTBA 2024 dilaksanakan pada hari Sabtu itu juga. Para juara FESTBA 2024 mendapat sertifikat penghargaan dan uang pembinaan. Pembagian hadiah ini sekaligus menutup FESTBA 2024.

“Kepada teman-teman panitia, terutama Pengurus PDF Ulya Al Fithrah. Terima kasih telah mengadakan acara ini. Barangkali menjadi inspirasi bagi unit-unit yang lain. Semoga juga menjadi inspirasi bagi santri-santri yang tidak mengikuti lomba tadi menjadi motivasi untuk lebih semangat belajar lagi” Kata Ust. Nashiruddin, M.Pd. dalam sambutannya.

“Lomba-lomba ini, apapun bidangnya tadi untuk melatih diri kita sendiri, untuk menumbuhkan keterampilan. Entah terampil dalam berbicara, menyampaikan, mengutarakan ide, atau keterampilan dalam skil-skil yang lain” tambah Ust. Nashiruddin.

“Tentunya, kami dari pengurus Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya, khususnya teman-teman panitia, kemungkinan banyak yang kurang cocok, kurang pas, entah tadi dalam sarana lomba atau hal-hal yang lain, kami mohon maaf. Insya Allah dari Al Fithrah, jika nanti panjenengan mengadakan lomba, insya Allah Al Fithrah akan ke sana. Karena kita saling saudara. Di sinilah tumbuh silaturrahmi” tutup Ust. Nashiruddin.

Semoga, Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya bisa terus istiqomah menyelenggarakan acara-acara baik untuk meningkatkan kualitas dan mutu para santrinya. Dan, semoga FESTBA menjadi agenda rutin setiap tahunnya. Aamiin.

Kaget Bunyi Keras Knalpot, Nyawa Melayang

Seorang nenek (50 tahun) meninggal saat sedang menyirami tumbuhan yang ia tanam di halaman rumahnya. Ia diduga meninggal mendadak setelah mendengar bunyi keras knalpot motor yang melintas di jalan di depan rumahnya. Seorang tetangga, mendapati korban sudah tergeletak di halaman. Ia keluar rumah karena juga terganggu dengan bunyi sepeda tersebut. Ia mencoba menyadarkan korban, namun usahanya tidak berhasil. Ia pun mencari bantuan dan membawa korban ke rumah sakit.

Setelah sampai di rumah sakit korban diarahkan ke ruang IGD untuk segera mendapat tindakan. Para tetangga yang mengantar korban tak bisa menyembunyikan mimik cemas. Mereka tahu riwayat penyakit jantung korban. Belum lama ini korban baru keluar dari rumah sakit.Kecemasan warga pecah menjadi tangis, ketika mendengar kabar korban meninggal dunia.

Lantas, apakah tindakan yang dilakukan oleh pemotor tersebut bisa dikategorikan sebagai tindakan pembunuhan? Dan, apakah ia harus bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa sang nenek?

Berkaitan dengan kejadian tersebut, dalam kitab Raudhah at-thalibin wa umdatul muftiin dijelaskan:

أَحَدُهَا: أَنَّهُ إِذَا وَجَدَ الْقَصْدَانِ وَعَلِمْنَا حُصُولَ الْمَوْتِ بِفِعْلِهِ، فَهُوَ عَمْدٌ مَحْضٌ

وَالثَّانِي: إِنْ ضَرَبَهُ بِجَارِحٍ، فَالْحُكْمُ عَلَى مَا ذَكَرْنَا، وَإِنْ ضَرَبَهُ بِمُثْقِلٍ، اعْتُبِرَ مَعَ ذَلِكَ فِي كَوْنِهِ عَمْدًا أَنْ يَكُونَ مُهْلِكًا غَالِبًا، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ مُهْلِكًا غَالِبًا، فَهُوَ شِبْهُ عَمْدٍ إِلَى أَنْ قَالَ: بَلْ تَجِبُ الدِّيَةُ

Pertama: jika seseorang mempunyai dua tujuan (berniat membunuh atau tidak) dan kita mengetahui bahwa kematian itu terjadi akibat perbuatannya, maka itu dianggap pembunuhan yang – sepenuhnya – disengaja (‘amdun mahdlun).

Kedua: Jika dia memukulnya dengan benda tajam (yang bisa melukai pada umumnya), maka hukum yang berlaku sebagaimana yang telah kita sebutkan. Dan jika dia memukulnya dengan sesuatu yang tumpul, maka untuk dianggap sebagai tindakan yang disengaja (‘amdin) jika pukulan tersebut biasanya mematikan. Jika pukulan tersebut biasanya tidak mematikan, maka itu dianggap sebagai pembunuhan seperti disengaja (syibhu amdin).

Namun, ganti rugi (diyat) itu menjadi wajib baginya.

Menambahi keterangan tersebut, ada redaksi yang terdapat dalam kitab al-Mulakhkhas al-Fiqh:

وَيَجْرِي مَجْرَى الْخَطَأِ أَيْضًا الْقَتْلُ بِالتَّسَبُّبِ؛ كَمَا لَوْ حَفَرَ بِئْرًا أَوْ حُفْرَةً فِي طَرِيقٍ أَوْ قَفَّ سَيَّارَةً، فَتَـلَفَ بِسَبَبِ ذَلِكَ إِنْسَانٌ. وَيَجِبُ بِالْقَتْلِ الْخَطَأِ الكَفَّارَةُ فِيْ مَالِ الْقَاتِلِ

Juga termasuk dalam kategori kesalahan adalah pembunuhan yang disebabkan; seperti jika dia menggali sumur atau lubang di jalan, atau memarkir kendaraan, sehingga menyebabkan kerugian pada seseorang. Dan ganti rugi wajib dalam kasus pembunuhan yang dilakukan dengan cara kesalahan (khata’)”

Berdasarkan dari keterangan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa tindakan yang dilakukan oleh pemotor termasuk dalam kategori pembunuhan. Namun, menimbang tidak diketahuinya tujuan pemotor tersebut dan pada umumnya bunyi keras knalpot tidak menimbulkan kematian, maka bisa dikategorikan sebagai pembunuhan seperti sengaja (syibhul amdi).

Atau, menimbang ketidak tahuan pemotor pada keberadaan korban saat berkendara, maka yang dilakukan pemotor bisa disebut pembunuhan karena kesalahan (qatlu al-khatha’). Terlepas apun jenis pembunuhannya, dari keterangan di atas, pemotor wajib membayar ganti rugi atas apa yang ditimbulkannya.

Berkendara bukan hanya soal menghemat waktu untuk sampai di tujuan. Berkendara juga soal menjaga keselamatan selama berkendara hingga sampai di tujuan. Keberadaan orang di sekitar juga harus diperhatikan. Jangan sampai hanya untuk mendapat perhatian saat berkendara, ada nyawa yang dikorbankan.

Hilal Shafar 1446 H. Terlihat di Al Fithrah Surabaya

Lajnah Falakiyah Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah kembali menggelar rukyat hilal bulan Shafar 1445 H. (05/08/2024). Rukyat dilaksanakan di lantai 7 gedung timur ponpes Al Fithrah. Rukyat diikuti oleh empat orang; Ust. Agus Saputra, Ust. Dzul Fikar, Habibi, dan Syaifuddin. Dua nama terakhir merupakan santri kelas XII PDF Ulya Al Fithrah.

Sejak atap lantai 5 gedung timur ponpes Al Fithrah selesai, LF Al Fithrah sudah lima kali melaksanakan rukyat awal bulan di sana. Rukyat awal bulan Rajab 1445, LF Al Fithrah berhasil melihat hilal di lokasi tersebut. Dan, yang terbaru LF Al Fithrah juga berhasil melihat hilal awal bulan Shafar 1446 H.

Berbekal alat theodolit, rukyat Shafar 1446 H. dimulai pada pukul 17.05 WIB. Berdasar data hisab ephimeris yang dihitung oleh LF Al Fithrah ghurub (saat matahari tenggelam) pukul 17:30 WIB, tinggi mar’i hilal 09° 33′ 01”, dan elongasi 11° 34′ 13”. Lama hilal di atas ufuk setelah ghurub 39 menit.

Berdasar data di atas, rukyat berlangsung hingga pukul 18.10 WIB. Dan, pada pukul 17.56 – 17.59 hilal berhasil terlihat dengan bantuan theodolit. Kondisi hilal terlentang, berwarna oranye. Sayangnya hilal tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Meski tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, citra hilal berhasil didokumentasikan oleh tim LF Al Fithrah. Hasil rukyat ini selain dilaporkan ke pengurus ponpes Al Fithrah, juga dilaporkan pada Lajnah Falakiyah PBNU.

Terlihatnya hilal untuk kali ke dua ini tentu memantapkan ponpes Al Fithrah sebagai satu dari sekian tempat rukyat di Jawa Timur. Khususnya Surabaya, yang memang kesulitan untuk mencari lokasi yang bisa digunakan untuk melakukan rukyatul hilal. Harapan besar balai rukyat segera bisa digunakan untuk perukyat hilal dari luar, seiring proses pembangunan gedung timur ponpes Al Fithrah selesai.

LF Al Fithrah mengagendakan untuk melakukan rukyat setiap awal bulan Hijriyah. Tujuannya untuk menguji data hisab yang sudah digarap, menambah kemampuan dalam mengunakan alat yang ada, dan yang paling utama proses regenerasi.

Kajian al-Muntakhabat: Akal, antara Materi dan Potensi (2)

Klasifikasi Akal

Dilihat dari macam-macamnya, Kyai Asrori mengutip pendapat sebagian ulama’ bahwa akal dibagi menjadi lima yakni akal gharizi, akal kasbiy, akal ‘atha’iy, akal zuhhadiy dan akal syarafiy. Adapaun yang dimaksud dengan akal gharizi yaitu kekuatan yang ada dalam hati dan disiagakan untuk menangkap ilmu pengetahuan yang memerlukan pemikiran atau disebut dengan “akal bawaan”. Sedangkan akal kasbi adalah akal yang dibentuk melalui usaha dan upaya dengan cara berkumpul dan bergaul dengan orang-orang yang memiliki keahlian, seperti berkumpul dengan dosen, para peneliti, para ulama’ dan para ahli lainnya.

Kemudian, akal ‘atha’y ialah akal yang dianugerahkan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman agar mendapatkan hidayah atau petunjuk. Akal zuhhadiy ialah akal yang didapat oleh orang-orang yang zuhud (tidak ada ketergantungan hati pada dunia dan seisinya) dan terakhir akal syarafiy ialah akal yang dimiliki oleh Nabi Muhammad saw. Dari klasifikasi akal ini, Ust. Tajul Muluk selaku pemateri hanya mencukupkan pembahasannya pada dua macam akal saja yakni gharizi dan kasbiy. Jika dipetakan akal gharizi merupakan akal manusia pada umumnya untuk menerima pengetahuan, namun tingkatannya masih dibawah akal kasbiy, karena dalam akal kasbiy ada upaya untuk upgradable potensi akal.

Diferensiasi Mahluk Berakal dan tidak Berakal

Sebelum membahas lebih dalam mengenai akal gharizi dan kasbiy, pemtareri menyampaikan klasifikasi golongan mahluk dalam kitab al-Muntakhabat yang dibagi menjadi tiga golongan; pertama, golongan (mahluk) yang memiliki syahwat tanpa akal, mereka adalah hewan. Kedua, golongan yang memiliki akal tanpa syahwat yakni para malaikat. Ketiga, golongan yang memiliki akal dan syahwat, yaitu manusia.

Penjelasan ini menunjukkan adanya implikasi mengenai eksistensi akal pada mahluk hidup. Jika hewan tidak memiliki akal dan hanya memiliki syahwat, maka berbeda dengan manusia yang sekaligus memiliki keduanya yakni akal dan syahwat. Hal ini kemudian yang membedakan antara manusia dan hewan. Oleh sebab itu, manusia sendiri tidak cukup apabila hanya memerhatikan nafsunya saja tetapi juga harus mengasah akal atau intelektualnya.

Berkenaan dengan manusia memiliki akal sekaligus syahwat, pemateri mengutip pendapatnya al-Ghazali dalam kitab “Kimiyatu al-Sa’adah” bahwa kondisi manusia itu dinamis, kadang bisa menjadi malaikat ketika mereka mengasah kemampuannya dengan berdzikir, kadang juga bisa berubah seperti sifatnya setan ketika mereka (manusia) suka memprovokasi orang lain. Bahkan bisa juga memiliki sifat bahaimiyah (kehewanan) ketika mereka suka menuruti hawa nafsunya, tanpa dikontrol oleh akal.

Oleh karenanya, Kyai Asrori menyimpulkan, seseorang yang didominasi oleh kekuatan akalnya daripada syahwatnya, maka ia dapat melebihi malaikat. Sebaliknya, apabila akal tersebut menuruti syahwat, maka manusia justru lebih rendah dari hewan. Namun, yang perlu dipahami, kaitannya dengan klasifikasi akal di atas, akal yang dapat mengalahkan syahwatnya ini tentu bukan akal gharizi, melainkan kemungkinan besarnya ialah akal iktisab yakni akal yang selalu diasah sehingga memiliki potensi yang kuat untuk mengatur syahwatnya.

Keistimewaan Manusia dalam Pandangan KH. Achmad Asrori Al-Ishaqy (2)

Pada tulisan sebelumnya telah disebutkan tiga keistimewaan manusia menurut KH. Achmad Asrori al-Ishaqy yang dikaji oleh Ust. Abu Sari dalam kajian al-Muntakhobat. Selain tiga keistimewaan sebelumnya, Ust. Abu juga memaparkan keistimewaan manusia lainnya yang ditulis Kiai Asrori dalam kitabnya, al-Muntakhobat.

Keempat, Allah jadikan hati manusia menurut fitrahnya yaitu layak dan pantas untuk menerima kebenaran yang bersifat absolut atau empiris, dapat menerima hakikat pengetahuan dan siap menerima amanah serta tanggung jawab. Kiai Asrori dalam bagian ini menyebutnya dengan term qalb (hati) karena hati sebagaimana dijelaskan al-Ghazali, ialah sumber pengetahuan. Melalui hati, terdapat energi yang mengirim sinyal pada otak.

Berbicara mengenai fitrah, banyak para ulama’ memberikan interpretasi yang berbeda. Diantaranya ada yang mengartikan bahwa fitrah memiliki hubungan dengan QS. al-A’raf ayat 172, utamanya pada peggalan ayat alastu birobbikum qolu bala syahidna artinya “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.”. Fitrah pada pendapat ini ialah mengenai keyakinan kita kepada Allah.

Berikutnya, makna fitrah yang berhubungan dengan hadis Nabi yang artinya, “setiap anak dilahirkan dalam fitrahnya” (H.R Bukhari dan Muslim). Bayi yang baru lahir, ibarat kertas putih yang masih bersih, tinggal tinta apa yang akan ditorehkan, jika bayi dididik dengan wawasan-wawasan maka ia akan berpengetahuan luas. Terakhir maksud dari  fitrah ialah potensi.

Menurut pendapat terakhir ini fitrah dibagi dua yaitu aqliyah dan jasadiyah. Maksud fitrah aqliyah adalah akal manusia bisa menerima kebenaran-kebenaran atau fakta empiris dan kedua, fitrah jasadiyah adalah fitrah yang terkait dengan asal potensi dan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia. Dari klasifikasi fitrah tersebut, dapat dipahami bahwa fitrah yang dikehendaki oleh Kyai Asrori pada bagian empat ini adalah fitrah yang orientasinya pada potensi baik potensi aqliyah atau jasadiya, sebagaimana penjelasan di atas.

Kelima, Allah jadikan manusia sebagai penguasa terhadap seluruh fenomena dalam kehidupan karena manusia diutus oleh Allah di bumi sebagai khalifah (pemimpin). Khalifah yang dimaksud di sini adalah manusia di muka bumi sebagai pengganti Allah dalam merealisasikan dan menerapkan hukum-hukum Allah serta perintah-perintahnya, termasuk dalam menegakkan keadilan dan menjaga hak asasi manusia.

Selain itu, Allah juga mengutus manusia sebagai pemakmur di bumi hal ini termaktub dalam Surah al-Hud ayat 61 yang artinya, “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya…”. Secara tidak langsung, ayat ini menjelaskan, manusia diutus oleh Allah selain sebagai khalifah juga sebagai pemakmur dengan cara menggali potensi-potensi alam yang bisa memberikan manfaat pada dirinya dan orang lain.

Keenam, Allah membuka dan memberikan manusia berbagai macam pengetahuan bahkan manusia dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan pemahaman yang tidak Allah berikan pada yang lain. Penggalian kyai Asrori pada keistimewaan manusia di bagian ini ialah berlandaskan dialog Allah dengan malaikat yang dapat ditemukan dalam surah al-Baqarah ayat 30-33. Secara garis besar ayat-ayat yang saling berkelindan ini mengandung dua substansi yakni manusia sebagai khalifah dan Allah memberikan pengetahuan luar biasa kepada manusia.

Ketujuh, Allah jadikan manusia sebagai jalinan dari alam semesta melalui bentuknya. Artinya, bentuk manusia yang Allah ciptakan memiliki keserupaan dengan bentuk alam. Jika ditinjau dari kajian kosmologi, alam dibagi menjadi dua yaitu mikro kosmis (alam kecil) dan makro kosmis (alam besar). Pada kajian ini manusia berada pada bagian pertama yaitu mikro kosmis dan alam adalah makro kosmis.

Namun, tidak menutup kemungkinan, manusia bisa menjadi makro kosmis ketika derajatnya naik karena kemakrifatannya kepada Allah, sebaliknya alam yang menjadi mikro (kecil). Dalam kata lain, derajat ini bisa dicapai ketika ruhaniyahnya bisa mengalahkan basyariyahnya.

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya keutaman yang Allah berikan kepada manusia merupakan bentuk kemuliaan, sebagaimana tercermin dalam surah al-Isra’ ayat 70 “Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”.

Pada sisi lain dengan segala kemampuan yang Allah berikan, manusia juga memiliki tugas sebagai khalifah (pemimpin) dan mustamir (pemakmur) di muka bumi, artinya manusia memiliki peran utama dalam menegakkan hukum-hukum Allah dan melestarikan potensi alam, menjaga keadilan, kemakmuran, termasuk keseimbangan ekologi dan selainnya. Sehingga, untuk menjaga kemuliaan dan keutamaan yang Allah anugerahkan tersebut, seyogianya manusia dapat mengoptimalisasikan potensi dirinya, termasuk dengan mengasah spiritual dan intelektual.

Dirangkum dari Kajian al-Muntakhabat oleh Majelis Kebersamaan dalam Pembahasan ilmiah (MKPI) pada Rabu (12/06/2024)