alfithrah

Al Fithrah Adakan Pembinaan Kebersihan Tempat Pengelolaan Pangan

Siapa yang tak suka dengan jajanan yang dijual di tepi jalan? Entah itu yang dimasak dengan cara direbus, dikukus, digoreng atau dimasak lainnya. Jajanan memang cocok dikonsumsi apalagi jika kondisi perut tidak terlalu lapar. Tapi, apakah anda yakin jajanan yang anda konsumsi diproduksi secara higienis dan di tempat yang juga higienis?

Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya bekerja sama dengan Puskesman Tanah Kali Kedinding, menjawab keresahan ini dengan mengadakan Pembinaan Kebersihan Tempat Pengelolaan Pangan (Selasa, 19/09/2023). Memiliki kantin yang memproduksi makanan untuk 3000 lebih santri, dan ribuan jama’ah di acara rutinnya, tentu kebersihan tempat dan proses produksi makanan mutlak diperhatikan.

Tak hanya itu, banyak tenaga pendidik dan kependidikan Al Fithrah terlibat bahkan memiliki usaha di sektor makanan dan minuman. Mereka pun diundang dalam pembinaan ini. Selain itu warga sekitar yang memiliki usaha di sektor makanan dan minuman juga diundang dalam pembinaan ini.

Ibu Arofah Pinang TW, bagian sanitasi lingkungan Puskesman Tanah Kali Kedinding, menadi narasumber utama pembinaan ini dihadiri. Kurang lebih 30 peserta mengisi kursi duduk menyimak penjelasan dalam pembinaan yang terselenggara di auditorium ponpes Al Fithrah.

Harapan dengan adanya pembinaan ini, para pelaku usaha di bidang makanan dan minuman, khususnya yang kait erat dengan kegiatan-kegiatan di Al Fithrah, tetap menjaga dan meningkatkan kontrol kebersihan tempat dan proses pengelolaan makanan dan minuman. Dengan begitu makanan dan minuman yang diproduksi pun otomatis terjaga kebersihannya.

Kebersihan makanan  dan minuman tentu sangat berpengaruh terhadap kondisi tubuh setelah mengonsumsinya. Tidak sedikit penyakit yang bermula dari mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak jelas kebersihannya. Maka benar sekali agama Islam menaruh perhatian besar pada kebersihan dan makanan.

dfn

Selalu Berhusnudhon: Sikap Terhadap Sahabat Dan Ahlul Bait Nabi Muhammad SAW.

Mengikuti petunjuk dan meneladani sahabat Rasulullah Saw merupakan salah satu pembahasan dalam kitab al-Muntakhobat karya KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy – Allahu yarhamuhu -. Meskipun judulnya hanya sahabat, namun disitu juga menjelaskan  ahlul bait (keluarga) Rasulullah Saw. Pembahasan ini penting untuk dikaji mengingat tidak sedikit dari umat islam yang mencela para sahabat dan ahlul bait Rasulullah Saw sejak dulu hingga sekarang. Seperti kelompok Khawarij yang membenci keduanya, Nawasib yang membenci ahlul bait, Rafidhah yang mencela sahabat, dan kelompok-kelompok lainnya yang seragam dan serupa. Menanggapi tersebut, Kiai Asrori memberikan penjelasan bagaimana harusnya kita bersikap sebagai ahlussunnah terhadap sahabat dan ahlul bait Rasulullah Saw yang telah dijelaskan dalam kitab al-Muntakhobat.

Sahabat Rasulullah Saw, adalah setiap orang yang bertemu dengan Rasulullah Saw, beriman kepadanya, dan meninggal dalam kondisi muslim walaupun pernah murtad (keluar dari islam) di masa hidupnya. Tentu saja derajat dan keutamaan antar sahabat Rasulullah Saw berbeda-beda. Ada sahabat yang senantiasa mendampingi Rasulullah Saw, ada yang hanya sebentar saja. Ada sahabat yang lebih dahulu masuk Islam, ada pula yang belakangan masuk Islam. Akan tetapi semua sahabat Rasulullah Saw adalah orang-orang yang terpercaya dan merupakan generasi terbaik umat Islam sepanjang masa.

Adapun Istilah ahlul bait baik ditinjau secara bahasa maupun syara’ pada asalnya digunakan atau ditujukan khususnya untuk istri-istri Rasulullah Saw, dan diperluas penggunaannya untuk menyebut semua orang yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah Saw. Dalam pengertian lain, makna ahlul bait yang dimaksud bukan hanya sebagai hubungan kekerabatan saja, namun orang-orang yang sesuai dengan manhaj Rasulullah dan bertaqwa. Pengertian ini lebih relevan saat ini, mengingat tidak sedikit juga orang-orang yang hanya mengandalkan nasab saja tanpa meniru hal ihwal perilaku yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.

Pujian Terhadap Sahabat Rasulullah

Allah Swt dalam Al-Qur’an memberi pujian pada sahabat dan ahlul bait dalam beberapa ayat, di antaranya dalam QS. al-Fath ayat 29,

مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ اَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا  سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ وَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْئَهُ فَاٰزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا 

Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras terhadap orang-orang kafir (yang bersikap memusuhi), tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud (bercahaya). Itu adalah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu makin kuat, lalu menjadi besar dan tumbuh di atas batangnya. Tanaman itu menyenangkan hati orang yang menanamnya. (Keadaan mereka diumpamakan seperti itu) karena Allah hendak membuat marah orang-orang kafir. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

Kiai Asrori – dalam al-Muntakhobat, memaparkan bahwa Allah – lewat ayat ini – memuji sahabat dan ahlul bait  Rasulullah sebagai “orang-orang yang bersama Rasulullah”. Selain itu, ayat ini juga menginformasikan bahwa keduanya terjamin, ternaungi dan terjaga (dari kemurtadan). Sehingga ayat ini juga sebagai ancaman bagi orang-orang yang membenci sahabat dan ahlul bait Rasulullah Saw.

Imam al-Baihaqi meriwayatkan hadits yang menjelaskan para sahabat Rasulullah Saw laksana nujum, bintang yang mengeluarkan sinarnya sendiri. Dalam hadits ini, Rasulullah Saw menjelaskan bahwa mencari petunjuk itu dengan cara mengikuti mereka dalam segala perilaku dan suri tauladan mereka, baik lahir maupun batin.

Dalam mengikuti sahabat dan ahlul bait, Kiai Asrori menyebutkan harus secara secara dhahir pun batin. Mengikuti sahabat Rasulullah secara dhahir, telah masyhur di kalangan ulama dan fuqaha’ seperti hukum-hukum tentang halal, haram, pidana, denda, cerai, masalah rumah tangga dan lainnya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw. yakni,

Orang yang paling sayang terhadap umatku adalah Abu Bakar, yang paling kuat dalam agama Allah adalah Umar, yang paling adalah Utsman, yang paling alim dalam ilmu faraidh adalah Zaid bin Tsabit,, yang paling tahu tentang halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal, yang paling ahli dalam putusan hukum adalah Ali bin Thalib, dan tidak ada langit yang menjadi atap serta tidak ada bumi yang menjadi alas bagi manusia yang lebih jujur dari Abu Dzar.

Hadits di atas mengindikasikan bahwa Rasulullah Saw sendiri yang telah melegitimasi sahabat dalam menyampaikan suatu hukum-hukum (dhahir) Allah SWT.

Selain itu, perilaku batin juga telah masyhur bahkan mutawatir mengenai semua ucapan, perbuatan dan ahwal para sahabat. Salah satu contohnya seperti riwayat dari sayyidina Abu Bakar ra., beliau berkata, “tiga ayat yang telah menyibukkanku dari hal lain, adalah: dari QS. Yunus 107 yang mengingatkan tentang keimanan qadha qadar, QS. Al Baqarah yang mengingatkan dzikir, dan QS Hud yang mengingatkan tentang pengaturan rezeki.” Riwayat ini mengindikasikan bahwa Sayyidina Abu Bakar memberikan pengalaman spiritualnya agar umat tidak lalai dengan nikmat duniawi.

Walhasil, dalam menanggapi kelompok yang mencela para sahabat dan ahlul bait Rasulullah Saw, Kiai Asrori justru memberikan pemahaman bahwa merekalah yang sebenarnya tercela. Beliau menyebutkan dalil-dalil Alquran dan hadis disertai penafsiran yang menunjukkan kemuliaan sahabat yang dipuji secara langsung oleh Allah Swt dan Rasulullah Saw. Bagaimana mungkin kita sebagai umat islam mencela orang-orang yang jelas dipuji oleh Allah Swt dan punya posisi penting di sisi Rasulullah Saw? Mengikuti laku para sahabat secara dhahir dan batin tentu sah hukumnya. Apalagi mereka adalah orang-orang yang secara langsung mengamati dan pengamal  laku Rasulullah Saw. Lalu bagaimana sikap kita kala menemukan berbagai perbedaan di kalangan para sahabat atau ahlul bait? Husnudhon, tidak ada yang lain. Meyakini bahwa sahabat telah berijtihad sesuai pengetahuan dan keilmuan mereka masing-masing. Seyogyanya kita mengikuti sahabat yang sesuai dengan hal ihwal dan kondisi kita tanpa mencela sahabat lainnya.

(Kajian Muntakhobat MKPI Al fithrah oleh Dr, Muhammad Khudori M. Th.I)

zsa/dfn

Peringati Hari Kemerdekaan: Al Fithrah Adakan Lomba dan Penampilan Santri

Selain upacara bendera, pelaksanaan lomba adalah kegiatan wajib di bulan Agustus. Bulan merdekan bangsa Indonesia. Demikian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah.

Lomba di hari kemerdekaan merupakan upaya napak tilas perjuangan. Memeriahkannya adalah bagian dari mengingat betapa sulitnya para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Terlibat dalam pelaksanaan lomba adalah upaya mengenang memori tentang Indonesia pada masa lalu dan mensyukurinya pada masa kini.

Lomba balap karung misalnya. Karung goni sempat menjadi pakaian pokok nenek moyang kita pada masa penjajahan dulu. Mereka perlu berjalan terseok-seok untuk sampai pada tujuan yang diharapkannya.

Al Fithrah adakan lomba hari kemerdekaan

Untuk memperingati hari kemerdekaan maka setiap tanggal 17 Agustus diadakan aktivitas-aktivitas yang meningkatkan kecintaan. Di antara aktivitas tersebut adalah lomba tujuh belasan. Selain meningkatkan kecintaan, lomba memperingati tujuh belas Agustus juga bisa mempererat kebersamaan. Menghilangkan sekat perbedaan ras, suku, agamanya.

Lomba memperingati hari kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya dilaksanakan selama beberapa hari. Lomba dibuka pada Ahad 13 Agustus 2023. Pembukaan lomba diawali dengan pertandingan persahabatan futsal antara pengajar PDF Wustho dan PDF Ulya Al Fithrah.

Lomba tujuh belasan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah ini terdiri dari lomba ilmiah dan lomba hiburan. Lomba ilmiah yang dimaksud adalah lomba yang bisa meningkatkan keahlian di bidang pelajaran. Sedang lomba hiburan yang dimaksud adalah olahraga badan.

Kategori lomba hari kemerdekaan

Kategori lomba hari kemerdekaan di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya sangat beragam. Pelaksanaannya tahun ini dipanitiai per unit pendidikan. Santri PDF Wustho dan Ulya dibedakan sesuai tingkatannya. Juga antara santri putra dan putri.

Untuk kegiatan lomba santri putri berpusat di area asrama putri, sementara lomba santri putra di area asrama putra di timur masjid Al Fithrah. Lomba-lomba yang dilaksanakan tak kalah meriah dengan lomba di luaran sana. Terutama dalam antusiasme para pesertanya. Dari lomba ini juga bisa diketahui mana-mana santri dengan bakat khusus yang dimilikinya.

Di jenjang PDF Wustho, diadakan lomba qiroatul kitab. Kitab yang dibaca dalam lomba ini adalah Kitab Safinatun Najah. Ada juga lomba manaqib, hafalan Imrithi, lalaran Imrithi, lomba adzan, lomba tartil, lomba puisi Bahasa Inggris, lomba pidato Bahasa Arab. Dalam kategori lomba hiburan ada lomba futsal dan balap karung.

Di jenjang PDF Ulya, setiap santri diberi pilihan untuk mengikuti beberapa kategori lomba yang diadakan. Di antaranya adalah lomba qiroatul kitab Fathul Qorib, lomba hafalan alfiyah, speech, khitobah, debat Bahasa Indonesia, hafalan tashrif, cerdas cermat Islam, lalaran Alfiyah dan futsal.

Selain lomba di unit pendidikan, rangkaian lomba tujuh belas Agustus juga diadakan oleh Majelis Kebersamaan dalam kajian dan Pembahasan Ilmiah (MKPI) Putri. Di antara lomba yang diadakan adalah lomba menulis cerpen dan lomba kaligrafi. Selama tiga hari masa lomba ini kegiatan belajar mengajar diliburkan.

Penutupan lomba hari kemerdekaan

Acara penutupan lomba hari kemerdekaan dilaksanakan di lapangan Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah. Kegiatan di lapangan ini dikhususkan untuk santri putra. Sementara untuk santri dilaksanakan di area asrama putri.

Di acara penutupan ini juga diberikan penghargaan kepada para juara. Dalam sambutannya, Ust. Nasiruddin, M.Pd menyampaikan perlunya para santri tidak berhenti pada lomba saja.

“Yang sangat penting dalam lomba ini adalah keberlanjutan dalam belajar. Siyap?” kata Kepala Bagian Pendidikan Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya disambut pernyataan siap para santri.

“Kalau sampeyan belajar dan berhasil, mulai Sekolah Dasar, Wustho, Ulya dan sarjana. Nanti di masyarakat akan merdeka” tambah beliau lagi. “Terima kasih kepada semua santri, baik wustho maupun ulya. Para asatid yang telah terlibat dalam acara ini. Jazakumullah ahsanal jaza. Semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang tebaik” tutup beliau.

mz/dfn

Upacara Bendera Al Fithrah Surabaya: Formasi Garuda

Momentum tujuh belas Agustus selalu meriah di seluruh pelosok Indonesia. Masyarakat menyambutnya dengan gegap gempita. Upacara bendera dilakukan di mana-mana. Tak lain adalah sebagai wujud upaya mensyukuri kemerdekaan Indonesia.

Upacara bendera bukan hanya perkumpulan tanpa makna. Upacara bendera juga bisa jadi semakna dengan pembacaan manaqib para pahlawan pendiri bangsa. Mereka para pahlawan berjuang berdarah-darah. Mengorbankan segala apa yang dipunya.

Sebentar bersikap khidmat kita saat upacara tidaklah sebanding dengan pengorbanan mereka. Setidaknya, dengan bersikap khidmat kita sudah berusaha menghargai jasa para pahlawan pendiri bangsa.

Mensyukuri Hari Kemerdekaan Indonesia

Upacara bendera di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Upacara bendera pengibaran sang saka merah putih ini diikuti oleh seluruh santri dari berbagai unit di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, mulai dari jenjang RA, MI, PDF Wustho, PDF Ulya, Ma’had Aly dan MDTJ Al Fithrah Surabaya.

Tampak hadir di barisan depan adalah Keluarga Ndalem Hadlratusy Syaikh Romo KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi. Juga para pengurus Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Al Utsmaniyah, pengurus yayasan Al Khidmah serta asatidz asatidzah serta pengurus Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya.

Bagaimanapun, hari kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan 78 silam. Indonesia sudah mengumumkan kemerdekaannya. Tidak ada lagi penjajah. Tidak ada yang mengintervensi. Rakyat Indonesia bisa dengan tenang melaksanakan aktivitas kesehariannya.

Merdeka yang kita peroleh bukan kebahagiaan yang diperoleh dengan cuma-cuma. Ada harga mahal yang dibayar pahlawan dulu. Kita sebagai warga negara Indonesia berkewajiban memberikan warna yang indah untuk Indonesia. Mengisi hari-hari setelah Proklamasi digaungkan, dengan hal-hal yang membawa dampak positif untuk diri sendiri dan negara. Hal ini tak lain sebagai wujud syukur atas nikmat merdeka.

Amanat Pembina Upacara

Amanat Pembina Upacara dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Ke-78 Republik Indonesia di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya disampaikan oleh KetuaPondok, Ust. Ahmad Kunawi, M.Pd.

“Pada hari ini kita melaksanakan upacara memperingati tujuh belas Agustus 2023 guna memperingati jasa para pahlawan yang telah berjuang melawan penjajah. Hari ini, 78 tahun yang lalu, merah putih berkibar dan lagu kebangsaan dilantunkan di bumi pertiwi. Sebagai tanda bahwa tanah air Indonesia telah merdeka,” sambut Ust.  Ahmad Kunawi, Ketua ponpes Al Fithrah.

“Kita, keluarga besar Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah memperingatinya dengan upacara kemerdekaan Indonesia.Ini sesuai dengan  yang dianjurkan guru kita, Hadlratusy Syaikh Romo KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy. Artinya, kehadiran kita memperingati hari kemerdekaan Indonesia ini juga adalah dalam rangka nderek aken dawuh Beliau Hadlratusy Syaikh Romo KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi,” sambung beliau.

Sebagaimana diketahui, tema hari kemerdekaan ke-78 kali ini adalah “terus melaju untuk Indonesia maju”, maka sudah seyogianya bagi kita untuk memperdalam ilmu pengetahuan. Perlu untuk belajar, belajar dan belajar.

“Kemerdekaan yang kita peroleh ini adalah juga adalah berkat para kiyai, para ulama, para santri. Hadlratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari misalnya. Dengan resolusi jihadnya adalah figure utama yang membakar semangat Bung Tomo dan arek-arek Suroboyo dalam pertempuran di Surabaya,” tambah beliau lagi.

Jauh sebelum itu, peran para ulama untuk kemerdekaan Indonesia tak terhitung jumlahnya. Mereka berjuang bukan hanya harta, melainkan juga nyawanya. Di antaranya ada Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, dan para pahlawan yang namanya belum sempat tercatat sejarah. Demikian disampaikan dalam amanat pembina upacara.

Memaknai Hari Kemerdekaan

Santri diharap bisa memaknai hari kemerdekaan negerinya. Hari kemerdekaan bukan hanya rutinitas saja. Para santri bukan hanya berpanas ria ketika mengikuti upacara bendera. Mereka diharap membawa oleh-oleh perubahan ke arah yang lebih baik setelahnya.

Sebagai santri, tugas memaknai hari kemerdekaan Indonesia bisa dengan belajar, belajar dan belajar. Kemerdekaan yang telah diwariskan para pahlawan ini tidak sia-sia. Para santri diharapkan mampu meniru para pendahulunya.

Para santri dulu mampu menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan. Para santri hari ini diharapkan mampu memaknai hari kemerdekaan dengan menjaga keutuhan bangsa dan negara.

Menjaga keutuhan bangsa dan negara bisa dilakukan dengan rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Belajar yang rajin, tidak sering bolos, sehingga kelak sepulang nanti akan menjadi manusia yang benar-benar berguna.

Memaknai hari kemerdekaan bisa dilakukan dengan menjaga semangat persatuan dan kesatuan. Saling menghormati antar sesama santri dari manapun asalnya.

Formasi Garuda dalam Upacara bendera di Al Fithrah

Formasi garuda nampak terbentuk ketika upacara bendera di Al Fithrah Surabaya. Upacara bendera memperingati hari kemerdekaan di Al Fithrah tahun ini membentuk gambar garuda yang membentangkan sayapnya.

Setiap tahunnya, para santri paskibraka ini menampilkan formasi yang berbeda. Para santri yang tergabung dalam team paskibraka ini sudah berlatih sejak akhir bulan Juli lalu. Mereka adalah para santri terpilih yang tersaring dari seratusan santri.

Mereka telah siang malam berlatih untuk kesuksesan pelaksanaan upacara bendera di Al Fithrah. Garuda mewakili semangat mereka. Semangat santri Al Fithrah secara keseluruhan. Bahkan semangat seluruh rakyat Indonesia.

Garuda adalah simbol kebersamaan. Kekohonan dalam persatuan. Garuda mewakili bhinneka tunggal ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Selamat Hari Ulang Tahun ke-78 Republik Indonesia. Mari bersama-sama melaju untuk Indonesia yang lebih maju.

Semoga segenap doa terbaik yang dilantunkan hari ini menjadi sebab sentosa, damai dan sejahteranya Indonesia. Amin.

mz/dfn

Silaturrahmi Wali Santri Baru (2): Pesan Dari Keluarga Ndalem

Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan keluarga Ndalem ponpes Al Fithrah. KH. Muhammad Husni Mubarok, suami dari Nyai Saviera binti KH. Achmad Asrori al-Ishaqy, mewakili keluarga Ndalem menyampaikan sambutan ini.

“Semoga adik-adik semua, anak-anakku semua, semoga semuanya kerasan. Semoga semuanya diberikan kemudahan di dalam menuntut ilmu, di dalam memahami ilmu. Dan kelak ketika keluar dari Pondok Assalafi Al Fithrah panjenengan Semua menjadi orang-orang yang bermanfaat di tengah-tengah masyarakat Amin Amin Allahumma Amin,” do’a Kiai Husni di pembukaan sambutannya.

Kiai Husni menyampaikan bahwa segala nikma dari Allah Swt harus disyukuri tidak hanya dengan berucap Alhamdulillah tadi juga meningkatkan ibadah kepadaNya. Dan, diantara nikmat yang didapat oleh wali santri di hari ini adalah bersedianya putra-putra mereka untuk menjadi santri di ponpes Al Fithrah.

“Adek-adekku anak-anakku sekalian manfaatkan waktu yang adik-adik saat ini jalani menjadi seorang santri itu tidak semua orang mendapatkan nikmat itu yang mendapatkan nikmat itu hanya orang-orang yang dipilih oleh Allah subhanahu wa ta’ala,” pesan Kiai Husni pada para santri.

Kiai Husni juga berpesan kepada para santri, untuk benar-benar memanfaatkan waktunya selama di pesantren. Beliau mengutip maqalah Ulama, “kesempatan itu sering begitu cepat berlalu.” Beliau juga mengutip dawuh Guru beliau, “keraslah kepada dirimu ketika engkau masih muda, maka kelak Ketika engkau sudah dewasa dunia akan lunak kepadamu.”

Kiai Husni menyampaikan, di zaman pesebaran informasi dan media yang mudah diakses, rawan bagi manusia untuk terjebak di dalamnya. Pesantren menjadi jawaban atas itu. Santri yang belajar agama di pesantren akan mengetahui mana perkara halal dan haram, bagaimana cara beribadah yang benar.

Menutup sambutannya Kiai Husni menyampaikan Kunci keberhasilan seorang santri dibutuhkan keseriusan dari tiga pihak. “Yang pertama adalah santrine tekun Pak. Santrine tekun. Karena ilmu niku tidak akan bisa didapat, kecuali dengan belajar. Mboten wonten tiang turu terus tiba-tiba alim, mboten wonten” terang Kiai Husni.

“Yang kedua, orang tuanya tekun. Maksude orang tuanya tekun nopo?  Nopo nderek belajar? Nggeh mboten. Tekun dalam mensupport putra-putri kita dalam berproses belajar di pondok pesantren Assalafi Al Fithrah,” lanjut Kiai Husni. Support atau dukungan wali santri kepada santri tidak hanya berupa pembiayaan, tapi juga dengan do’a-do’a untuk putra-putrinya.

Kiai Husni menyebutkan beberapa nama Ulama’ yang dalam dalam proses belajarnya didukung oleh orang tua mereka. Tidak hanya dukungan biaya tapi juga dukungan do’a yang terpanjat dari para orang tua mereka untuk keberhasilan anak-anak mereka.

“Dan yang ketiga, yang terpenting adalah ketekunan dari guru-gurunya, dari para ustadz-ustadznya,” lanjut Kiai Husni. Beliau menyampaikan ketiga pihak ini harus sama tekun, guna keberhasilan dalam proses belajar. Salah satu saja di antara ketiganya tidak tekun maka kegagalan dalam proses belajar besar terjadi.

Kiai Husni mengakhiri sambutannya dengan mendoakan santri agara diberikan kemudahan dalam proses belajar. Beliau juga menaruh harapan, kelak jika sudah boyong dari ponpes Al Fithrah, para santri bisa melanjutkan dakwah Hadrotusy Syaikh KH. Achmad Asrori al-Ishaqy.

Turut hadir dalam acara ini putra-putri Hadhrotus Syaikh KH. Achmad Asrori Al Ishaqy; Nyai Siera En Nadia dan suami Mas Ahmad Iqbal Yanuardi, Nyai Saviera Es Salavia dan suami KH. Husni Mubarok, Mas Muhammad Nur El Yaqin El Ishaqy, dan Nyai Shella Es Shabarina.

Acara ini ditutup dengan do’a bihaqqil fatihah oleh Ust. Nashiruddin. Setelah acara ditutup, wali santri dan satri bersalaman dengan kelurga Ndalem, pengurus dan asatidz ponpes Al Fithrah.