Liputan

LAKSANAKAN IMTIHAN WATHANI, SANTRI PDF ULYA DAN WUSTHO MENGEVALUASI DIRI

Di minggu terakhir bulan Rajab tahun ini, santri Pendidikan Diniyah Formal Ulya dan Wustho Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah melaksanakan Imtihan Wathani. Imtihan Wathani yang disingkat IW adalah ujian akhir semacam Ujian Nasional, yang diperuntukkan untuk Pendidikan Diniyah Formal yang disingkat PDF. PDF sendiri adalah usaha dari Kementrian Agama dibawah naungan PD Pontren, untuk merawat tradisi pembelajaran salaf yang diterapkan di pesantren selanjutnya mendapatkan pengakuan yang setara dengan pendidikan di luar pesantren.

Banyak catatan yang mengudar bahwa pesantren adalah Lembaga Pendidikan tertua di negara ini. Sayangnya dalam perkembangannya pesantren sering dicap tertinggal. Kenyataannya, hari banyak dijumpai pesantren yang mengakomodir Pendidikan seperti Madrasah Tsanawiyah atau Sekolah menengan Pertama, hingga Madrasah Aliyah atau Sekolah Menengah Atas di dalamnya. Pendidikan bahkan mendapat porsi waktu yang cukup besar dibanding dengan kajian kitab kuning yang lazimnya dilakukan di pesantren.

PDF menjawab kebutuhan itu. Dengan kurikulum yang 70%-nya berbasis kitab kuning, PDF ulya seakan memformalkan pendidikan klasikal ala pesantren. Dan, IW adalah usaha yang lain, dengan tujuan agar lulusan PDF terukur ketercapainnya secara Nasional.

Di Al Fithrah sendiri, IW ini sudah dilaksanakan untuk kelima kalinya di tingkat Ulya dan ke empat kalinya di tingkat Wustho. Setiap tahunnya tercatat selalau ada peningkatan baik itu pelaksanaan maupun hasil yang dicapai oleh para santri. Hal ini terbukti dalam lima tahun terakhir, santri-santri PDF Ulya Al Fithrah tidak lagi jago kandang. Tercatat, lulusan pertama dari PDF Ulya Al Ftthrah banyak yang diterima di PTN, dari berbagai jalur. Keterterimaan ini terus berlanjut, hingga kabar gembira di tahun lalu, dua santri alumni PDF Ulya Al Fithrah tercatat sebagai mahasiswa Al Azhar Mesir.

Pelaksanaan IW di PDF Wustho & Ulya Al Fithrah

266 Santri PDF Ulya Al Fithrah menjadi peserta IW 1443 H. Di IW yang ke lima ini, PDF Ulya AL FIthrah untuk pertama kali, melaksankan IW berbasis CBT (Computer Based Test) secara total. Tahun kemarin, baru separuh peserta dari PDF Ulya Al Fithrah yang menggunakan basis ini. 14 Operator dan 14 pengawas mengawal IW tingkat Ulya tahun ini. Sempat terjadi beberapa kendala Ketika proses try out, diantaranya beberapa santri gagal log in. Hingga hari pelaksanaan, kendala itu bisa teratasi, dan kendala-kendala lain yang bermunculan juga bisa teratasi.

Pelaksanaan IW di PDF Wustho & Ulya Al Fithrah

Di IW tingkat Wustho, 622 santri PDF Wustho mengikuti IW 1443 H. 64 pengawas diturunkan untuk mensukseskan evaluasi akhir santri kelas XI ini. Ujian masih dilaksanakan secara klasik, dengan menggunakan LJK, berbeda dengan di tingkat Ulya. Tak ada kendala berarti selama persiapan hingga pelaksaan IW untuk tingkat Wustho.

Pengurus PDF Wustho dan Ulya Al Fithrah beserta para peninjau dari Aspendif dan Kemenag

Pelaksanaan IW di PDF Ulya dan Wustho Al Fithrah juga ditinjau langsung oleh ketua ASPENDIF (Asosiasi Pendidikan Diniyah Formal) pusat, KH. M.Fadhlullah Turmudzi. Ikut juga memantau pelaksaan IW tahun ini, Bapak M.Arifin SH. (Plt. Kasi PD Pontren Surabaya), Bapak Rahmat Hidayat (Bag. Emis Pontren), Dra. Enik Eri Purwati, M.Pd (perwakilan Kanwil Kemenag Jatim) dan Bapak Azis Saleh, S.T, M.Si (perwakilan Kemenag RI). Secara umum, para peninjau ini mengapresiasi positif pelaksanaan IW di PDF Ulya dan Wustho Al Fithrah. Melihat mampunya PDF Ulya melaksakan IW berbasis CBT, para peninjau juga berharap di tahun yang akan datang PDF Wustho juga bisa melaksanakan IW berbasis CBT. Santri-santri PDF Ulya dan Wustho Al Fithrah sedang melaksanakan IW hari terakhir ketika liputan ini di tulis.

Semoga para santri mendapatkan nilai yang baik, dan dijadikan Allah Swt, sebagai sesuatu yang baik pula, serta mendatangkan kemanfaatam khususnya bagi para santri, umumnya bagi masyararakat dimana para santri akan tingal.

SOSIALISASI PENERIMAAN MAHASANTRI BARU MA’HAD ALY TA 1443 / 1444 H.

Surabaya (21-22 Jumadits Tsani 1443 H. / 24-25 Januari 2022 M.), santri kelas XII Pendidikan Diniyah Formal (PDF) Ulya Al Fithrah Surabaya mengikuti kegiatan Sosialisasi Penerimaan Mahasantri Baru Ma’had Aly Tahun Ajaran 1443 / 1444 H. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pengurus Ma’had Aly dan Madrasah Diniyah Takmiliyah Jamiah (MDTJ) Al Fithrah Surabaya dengan melibatkan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Ma’had Aly dan MDTJ Al Fithrah.

Kegiatan ini dilaksanakan di auditorium Al Fithrah selama dua hari. Hari pertama dengan peserta santri putra, sementara hari kedua dengan peserta santri putri. Diadakan bakda Dzuhur, agar kegiatan ini tidak mengganggu jam pembelajaran pada pagi harinya.

Lazimnya, acara-acara di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya, acara sosialisasi kali ini dibuka dengan rangkaian pembacaan Tawasul, Istighotsah dan Sholawat Fi hubby. Amaliyah ini sebagai bentuk melanjutkan warisan para Salafusshalih.

Ust. Hermansyah, M.Ag (Kepala PDF Ulya Al Fithrah)

Dalam sambutannya, Kepala PDF Ulya Al Fithrah, Ust. Ust. Hermansyah, M.Th.I menyampaikan bahawa pada tanggal 26, 27, 28 Februari santri kelas XII akan melangsungkan Imtihan Wathoni (setara Ujian Nasional tingkat SMA untuk santri PDF Ulya). Ia pun meminta do’a, “Mohon doanya Ustadz, agar mereka lulus seratus persen, dan bisa diterima di Ma’had Aly.” .

Ust. Dr. Fathur Rozi (Kepala MDTJ Al Fithrah) dan Ust. Imam Bashori M.Th.I (Kepala Ma’had Aly Al Fithrah)

“Ma’had Aly Al Fithrah merupakan pendidikan tinggi keagamaan berbasis turats (kitab kuning). Hal ini linear (sejalur) dengan jenjang pendidikan PDF Ulya yang sedang kalian tempuh,” sambut Ust. Ahmad Imam Bashori, M.Th.I selaku kepala Ma’had Aly Al Fithrah. Ia menerangkan, “Berbasis turats berarti merawat tradisi kitab-kitab yang merupakan warisan dari Ulama-ulama kita. Sehingga misinya adalah memperkaya, memperdalam, mengaktualisasikan, dan memperkuatan kegiatan penelitian sebagai mahasiswa kemudian (meng)implementasi(kanya)”.

Selain Ma’had ‘Aly, Pondok Pesantren Assalafi Al FIthrah juga memiliki Madrasah Diniyah Takmiliyah Jami’ah (MDTJ) Al FIthrah. Lembaga yang satu ini boleh dibilang saudara muda Ma’had ‘Aly Al Fithrah. Mahasantrinya adalah lulusan SMA sederajat, yang mukim di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah dan tercatat sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Fithrah. Keberadaan MDTJ ini turut mewujudkan prinsip STAI Al Fithrah dalam mendalamkan spiritualitas meluaskan intelektualitas. Karena di MDTJ mereka akan disuguhi materi yang bersentuhan langsung dengan kitab kuning. Sehingga, selain mereka melahap pelajaran di bangku kuliah, mereka juga juga mendapat hidangan pelajaran yang berpotensi menjajarkan pengetahuan mereka dengan mahasantri Ma’had ‘Aly.

Beberapa tahun terakhir, banyak mahasantri baik Ma’had Aly Al Fithrah mupun MDTJ yang terlibat dalam banyak kegiatan di luar Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, baik itu seminar maupun ajang kompetisi. Merekapun tidak hanya hadir sebagai peserta yang aktif, bahkan beberapa didapuk sebagai pengisi kegiatan itu. Serentetan prestasi dalam bidang akademik pun mereka torehkan dalam beberapa tahun terakhir ini.

Keberadaan mereka ini tentunya menjawab keraguan salah satu santri kelas XII dalam kegiatan ini. Ia meragukan eksistensi mahasantri Ma’had Aly dan MDTJ di pergaulan luar. Mengingat mahasantri Ma’had Aly dan MDTJ masih mendapat ‘perlakuan’ layaknya santri di tingkat di bawahnya. Mereka masih harus mematuhi aturan pondok dan juga tetap wajib menjalankan wadhifah.

Harapan khusus dari kegiatan ini, akan banyak santri PDF Ulya Al Fithrah yang memilih Ma’had ‘Aly Al Fithrah sebagai tempat belajarnya. Terlebih, mereka yang sudah punya pondasi turats yang bagus. Mengingat sumber pokok pembelajaran adalah kitab kuning, menguasai kemampuan dasar gramatika arab agaknya wajib bagi calon mahasantri. Dan bagi santri yang memilih untuk belajar di STAI Al Fithrah, mereka tetap bermukim di pondok dan belajar di MDTJ Al Fithrah. Harapan umumnya, santri kelas XII yang tahun ini akan mengakhiri ‘masa’ belajar di PDF Ulya Al Fithrah, tetap memiliki semangat belajar di manapun mereka berada selepas wisuda.

Kontributor : Ust. M. Zaki

SOSIALISASI PENERIMAAN MAHASISWA BARU SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL FITHRAH SURABAYA

Selasa (15 Jumadil Akhirah 1443 H. / 18 Januari 2022 M.) Para santri kelas akhir PDF Ulya Al Fithrah mengikuti kegiatan sosialisasi penerimaan mahasiswa baru Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Fithrah Surabaya di Auditorium Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah.
STAI Al Fithrah sendiri adalah Perguruan Tinggi Islam di Surabaya Utara yang sedang berkembang. Didirikan oleh Hadrotus Syaikh KH. Achmad Asrori Al-Ishaqi bersama dengan para pakar pendidikan, seperti Prof. Dr. H. Soefjan Tsauri, M.Sc (Peneliti Senior LIPI Jakarta) dan para pakar pendidikan lainnya pada tahun 2007. Pertama kali didirikan perguruan tinggi ini bernama Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin (STIU) Al Fithrah berdasar SK No. DJ.I/495/2007 dan kemudian berkembang serta berubah status menjadi STAI Al Fithrah pada tahun 2010.
Saat ini, STAI Al Fithrah mempunyai tiga jurusan dan lima program studi, yakni Akhlak dan Tasawuf, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Manajemen Pendidikan Islam, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, dan Perbankan Syariah. Ke depan akan dibuka prodi-prodi baru sesuai dengan perkembangan dan dalam kurun waktu 20 tahun diharapkan sudah berubah menjadi Universitas Islam Al Fithrah.

STAI Al Fithrah memiliki visi “Terwujudnya pendidikan tinggi agama Islam yang terkemuka dalam menghasilkan sarjana yang berkualitas dan kompetitif, memiliki tradisi ilmiah dan amaliah salafus sholih tahun 2025”, dan beberapa misi, yaitu:

  • Menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu keislaman, dan ilmu-ilmu pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang menitik beratkan pada pelestarian tradisi ilmiah dan amaliah salafus sholih.
  • Mengembangkan penelitian ilmu-ilmu keislaman dan ilmu-ilmu pengetahuan umum yang yang menitik beratkan pada pelestarian tradisi ilmiah dan amaliah salafus sholih.
  • Mengembangkan pengabdian kepada masyarakat sebagai wujud pemberdayaan terhadap kesejahteraan hidup dan melestarikan tradisi ilmiah dan amaliah salafus sholih.
  • Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam mengembangkan ilmu-ilmu keislaman dan ilmu-ilmu pengetahuan yang menitik beratkan pada pelestarian tradisi ilmiah dan amaliah salafus sholih.

Hadir dalam kegiatan siang itu, Dr. H. Rosidi, S.Pd.I, M.Fil.I selaku rektor STAI Al Fithrah, Dr. Kusroni, M.Ag selaku Kaprodi Tafsir dan Ust. Mohammad Wahid, S.Ag selaku Wakil Kepala Kesiswaan PDF Ulya Al Fithrah Surabaya. Harapan besar dari kegiatan ini, bagi santri lulusan PDF Ulya yang tidak memilih berkhidmah di rumah, bisa melanjutkan studinya di STAI Al Fithrah. Kampus yang memiliki prinsip “Mendalamkan Spiritualitas Meluaskan Intelektualitas”.

Calon mahasiswa dari PDF Ulya Al Fithrah yang sudah punya pondasi kitab kuning dan rutinitas wadhifah, tentu akan cocok dengan STAI Al Fithrah dalam mewujudkan prinsipnya. Terlebih pada dua jurusan, AT (Akhlaq dan Tasawuf) dan (IAT) Ilmu Al Qur’an dan Tafsir.

Informasi lengkap dan terpercaya tentang STAI Al Fithrah Surabaya dapat dilihat, dan dibaca di alfithrah.ac.id.

Kontributor: Ust. M. Zaki

AL KHIDMAH ASEAN ADALAH TUNTUTAN

Ketika kali pertama Al Khidmah bertolak ke Yala, Thailand, 22 Maret 2012, Romo KH. Najib Zamzami mengutarakan sebuah cerita. Suatu ketika beliau bersama Hadratus Syaikh Achmad Asrori Al Ishaqy RA bersilaturrahim ke seorang Habib di Jakarta. Sang Habib menuturkan bahwa lantunan bacaan maulid dan dzikir Al Khidmah satu hari kelak akan berkumandang di tanah Thailand.

Cerita tersebut persis seperti diungkapkan oleh H. Hasanuddin, SH, Ketua Umum Pengurus Pusat Jama’ah Al Khidmah. 17 tahun yang lalu, tatkala Hadratus Syaikh RA masih sehat pernah dawuh supaya ada yang pergi ke Thailand. “Muridku ada di sana”, kata Hadratus Syaikh RA. Lima tahun yang lalu, kata Bung Has, dawuh tersebut diulangi lagi oleh Hadratus Syaikh RA, “Murid-muridku besuk terbanyak dari Thailand”. Sayangnya, hingga Hadratus Syaikh RA wafat pada tahun 2009, kesempatan untuk menunaikan dawuh Beliau RA belum sempat terlaksana.

Atas dasar itulah, Bung Has bersama segenap rombongan PP Al Khidmah dan Al Khidmah Kampus, pada tanggal 11-14 Desember 2012, melakukan serangkaian silaturrahim ke Thailand. Tujuannya tidak lain hanyalah untuk melunasi dawuh Hadratusy Syaikh RA tersebut. Kedatangan PP Al Khidmah di Thailand juga sebagai bagian dari tindak lanjut koordinasi serta berbagi semangat kepada pengurus baru Jama’ah Al Khidmah Thailand. Seperti diketahui bersama, pada tanggal 31 Mei 2012, telah dipilih Ustadz Ali Mateh sebagai Ketua dan Siti Hadijah, M.Pd, sebagai Sekretaris Pengurus Jama’ah Al Khidmah Thailand.

Ustadz Ali adalah penduduk asli Thailand dan saat ini menjadi Pimpinan Direksi Madrasah Darulhuda Witya, Yala, Thailand. Sedangkan Siti Hadijah juga merupakan warga asli Thailand dan sempat menempuh pendidikan S2 Jurusan Bahasa Indonesia di Malang. Itulah sebabnya di belakang namanya terdapat gelar Magister Pendidikan (M.Pd). Rombongan PP Al Khidmah sangat terbantu dalam hal komunikasi dengan penduduk asli Thailand karena Ibu Hadijah. Nyaris hampir sebagian besar santri dan pelajar Darulhuda tidak mengerti Bahasa Melayu. Kalaupun ada yang paham Bahasa Melayu, mereka adalah para guru dan pendidik Darulhuda. Untungnya sebagian guru ada yang mahir berbahasa Inggris. Sehingga komunikasi terkadang menggunakan Bahasa Inggris.

Kampus Darul Huda terletak di Yala, Thailand Selatan. Yala berbatasan dengan Rantau Panjang, Kelantan, Malaysia. Yala dan Kelantan dipisahkan oleh Kota Narathiwat. Selain Narathiwat, Pattani, dan sebagian Songkhla, hampir 80 persen populasi penduduk Yala (kurang lebih 5 persen dari jumlah penduduk Thailand) dihuni oleh warga muslim berpaham Sunni. Kampus Darulhuda adalah pesantren plus sekolah umum terbesar di Thailand Selatan. Darulhuda saat ini memiliki 6.235 pelajar mulai dari tingkat Taman Anak sampai Sekolah Menengah Atas. Sementara di Pesantren Darulhuda terdapat 4.360 santri dari berbagai daerah di Thailand.

Kamis, 13 Desember 2012, jam 10 siang, rombongan memasuki pemeriksaan imigrasi Rantau Panjang, Kelantan. Tiga mobil berplat Malaysia ditinggal di parkiran Rantau Panjang. Ustadz Ali Mateh dan Ibu Hadijah sudah menunggu di pintu masuk tanah Thailand. Setelah melewati proses imigrasi di depan Sungai Golok, rombongan PP Al Khidmah, menggunakan 3 mobil berplat Thailand, berangkat menuju Kampus Darulhuda, Yala, Thailand.

Perjalanan dari Sungai Golok ke Yala kurang lebih membutuhan satu setengah jam. Di sepanjang jalan, masih seperti Maret lalu, hampir di setiap 5-10 kilometer, bertemu pos penjagaan tentara. Namun yang membuat hati berdegup kencang adalah, dua hari sebelumnya, baru saja ada penembakan dua guru Budha di sebuah sekolah di Yala. Ditengarahi pembunuhnya adalah kelompok militansi muslim “Mujahidin”. Oleh karena peristiwa itulah pada dua hari itu, 12-13 Desember 2012, sekolah-sekolah di Yala diliburkan oleh Pemerintah Thailand. Akhirnya pun, dua Ustadz (Ustadz Yahya dan Ustadz Mukhlisin) yang sedianya akan ditinggal di Yala untuk melatih Hadrah dan Maulid, dibatalkan karena alasan keselamatan.

Betapapun suasana Yala saat itu sangatlah mencekam, keyakinan rombongan untuk menjalankan dawuh Hadratus Syaikh RA tetap mengalahkan segalanya. Siang itu juga, rombongan PP Al Khidmah diajak oleh Ustadz Ali ke Sekolah Menengah Darulhuda. Di sekolah ini telah menunggu ratusan santri dan pelajar. Di sebuah ruangan tua yang terhampar lebar, mereka menunggu kami untuk bersama-sama melantunkan bacaan dzikir dan maulid sebagai syi’ar.

Hadlarah majlis dzikir dipimpin oleh KH. Hakam dan bacaan istighosah dan doa dipimpin oleh Ustadz KH. Abdur Rosyid. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Maulidurrasulullah SAW oleh Ustadz Mujib, Ustadz Yahya, Ustadz Mukhlisin, dan Ustadz Muzammil. Meski sebagian besar santri dan pelajar tampak belum sepenuhnya menguasai bacaan-bacaan yang dibawakan oleh para Ustadz, namun mereka tampak mengikuti majlis dzikir itu dengan khusuk.

Ada satu peristiwa unik yang membuat rombongan takjub. Menurut penuturan salah satu guru Darulhuda, sudah sejak lama daerah Yala tidak turun hujan. Namun, anehnya, saat dzikir mulai dilantunkan, air dari langit berjatuhan tanpa henti hingga majlis usai. Tanah Yala yang mulanya tampak gersang itu kembali sejuk oleh basahnya rintikan air hujan. Sungguh satu fenomena yang mengejutkan sekaligus membuat rombongan semakin yakin bahwa Hadratus Syaikh RA hadir, membawa dan menjadi “oasis” di tengah-tengah mereka. WalLahu a’lam bissowab.

Seusai dzikir, Dr. Afif Hasbullah, Rektor Universitas Islam Darul Ulum (UNISDA) Lamongan, dalam sambutannya, memberi kabar gembira kepada para santri dan pelajar Darulhuda. UNISDA siap memberi kesempatan beasiswa pendidikan S1 maupun S2 bagi lulusan Sekolah Menengah Atas Darulhuda. Hal yang sama disampaikan oleh Prof. Dr. Mahmutarom HR, SH, MH, bahwa Universitas Wahid Hasyim (UNWAHAS) juga membuka kesempatan beasiswa pendidikan bagi para siswa maupun pendidik untuk menempuh pendidikan S1 dan S2. Jumlah beasiswa yang ditawarkan oleh kedua kampus tersebut tidak main-main. Khusus untuk alumni Darulhuda, dua kampus tersebut menawarkan sedikitnya 100 beasiswa studi meliputi gratis biaya SPP dan living cost.

H. Hasanuddin, SH., dalam sambutannya mewakili Jama’ah Al Khidmah dan PP Al Fithrah, juga menawarkan beasiswa pendidikan bagi anak didik usia SD hingga SMA di Semarang dan beasiswamondok di PP Al Fithrah Kedinding Surabaya. Beasiswa untuk usia SD-SMA, menurut Bung Has, dianggap sangat penting dan strategis sebagai bagian dari ikhtiar untuk menularkan nilai-nilai pendidikan ala Hadratus Syaikh RA kepada generasi muda Thailand.

Seusai acara di Darulhuda, sekitar pukul 16.15 sore, rombongan PP Al Khidmah, dipandu oleh Ustadz Ali, diajak ke Islamic Institute, Mayo Pattani, Thailand Selatan. Islamic Institute merupakan sekolah rintisan Tuan Abdul Kadir Sohsubah dan didirikan pada tahun 1967. Selain sebagai Pesantren, Islamic Institute juga memiliki Sekolah Menengah Bawah dan Sekolah Menengah Atas. Total seluruh santri dan pelajar Islamic Institute kurang lebih 1500 orang. Sebagian santri dan pelajar Islamic Institute adalah warga penduduk sekitar sekolah. Saat ini Islamic Institute dipimpin oleh Tuan Haji Isma’il bin Tuan Abdul Kadir Sohsubah. Baik Islamic Institute Pattani maupun Darulhuda Yala merupakan sama-sama rintisan Tuan Abdul Kadir Sohsubah. Sehingga kalau dirunut garis nasabnya, pengasuh kedua kampus besar tersebut bersambungan darah.

Meskipun PP Al Khidmah baru kali pertama datang ke Pattani, namun sambutan dari civitas akademika Kampus Islamic Institute sangatlah hangat, ramah dan menyentuh. Tuan Haji Isma’il mengungkapkan rasa senang dan terima kasih kepada rombongan Al Khidmah Indonesia dan Malaysia atas perkenannya hadir di Islamic Institute. Selain bercerita tentang sejarah Tuan Abdul Kadir Sohsubah yang sangat legendaris di Thailand dan Malaysia, Tuan Haji Isma’il juga berharap tali silaturrahim antara Islamic Institute dan Jama’ah Al Khidmah terus terjalin selama-lamanya.

Sebagaimana di Darulhuda, Dr. Afif dan Prof. Mahmutarom, dalam sambutannya, kembali menawarkan kesempatan beasiswa pendidikan S1 maupun S2 baik di UNISDA maupun UNWAHAS kepada alumni dan pendidik Islamic Institute. Demikian pula Bung Has, dalam sambutannya, mengungkapkan bahwa pertemuan ini sangatlah baik karena ada keinginan bersama untuk menumbuhkan kecintaan kepada guru, orangtua dan wali-wali Allah SWT. Oleh karena itulah di tengah sambutannya, Bung Has mengajak semua yang hadir untuk mengirimkan hadiah Al Fatihah kepada Tuan Abdul Kadir Sohsubah.

Lepas Sholat Subuh, 14 Desember 2012, PP Al Khidmah didampingi para ulama’ Yala dan Pattani, berkesempatan sowan ziarah ke makan Dato’ Pasei. Tak seperti makam para Wali di Tanah Jawa, makam Dato’ Pasei tampak tak diistimewakan dan kurang terurus. Diceritakan oleh Bung Has, dahulu Hadratusy Syaikh RA pernah pula ‘menemukan’ makam Syaikh Jalaluddin Akbar dan Syaikh Ibrahim Samarqandy. Kondisi makamnya juga kurang terurus, persis seperti makam Dato’ Pasei. Kendati pun begitu, ziarah tetap dilaksanakan, karena Bung Has suatu ketika pernah menerima dawuh dari Hadratusy Syaikh RA bahwa Hadratus Syaikh RA adalah keturunan Samudera Pasai. Barangkali karena itulah Hadratusy Syaikh RA pernah dawuh bahwa “Murid-muridku besuk terbanyak dari Thailand”. Wallahu a’lam bish showab.

Ketika bacaan dzikir diucapkan, ada satu keanehan. Meskipun memiliki nama berbeda, lantunanSholawat Husainiyyah—sebagaimana dihimpun oleh Hadratus Syaikh RA—dibaca oleh sebagian penziarah di makam Dato’ Pasei. Hal tersebut semakin menambah keheranan Bung Has dan rombongan Al Khidmah, “Apakah betul Dato’ Pasei yang bersemayam di makam inilah ‘kakek’ Hadratusy Syaikh RA itu?”. Pattani memang kota tua yang penuh legenda. Sampai-sampai, diceritakan oleh Ustadz Ali, Ayah pejuang Indonesia, Cut Nyak Dien, konon, juga berasal dari kota ini. Wallahu a’lam bissowab.

Setelah menginap satu malam di Yala, dan berziarah ke Makam Dato’ Pasei, rombongan PP Al Khidmah kembali ke Kampus Darulhuda untuk perpisahan. Tanpa kami duga, pada hari itu merupakan perayaan hari Asyura’. Jika di Indonesia perayaan Asyura’ jatuh pada awal atau tengah bulan, maka di Darulhuda, perayaan Asyura’ jatuh pada akhir bulan.

Para santri dan pelajar tampak bersemangat bergotong royong “mengkacaukan” (mengaduk) Bubur Asyura’ di atas kawah-kawah besar. Gerimis hujan siang itu tidak kuasa menyurutkan semangat para santri dan pelajar. Mata mereka berbinar-binar. Tak terasa, rombongan Al Khidmah telah menyatu bersama mereka, mengaduk bubur Asyura’, sambil tertawa, berbagi ceria, berbagi sukacita, berbagi cerita.

Sembari menjinjing segepok bubur Asyura’, rombongan PP Al Khidmah Indonesia dan Malaysia kembali dari Yala menuju Kuala Lumpur. Rombongan itu pulang dengan membawa seonggok semangat baru, yang diamini bersama-sama di sepanjang perjalanan, bahwa Al Khidmah ASEAN adalah tuntutan zaman. [*]