nahdlatul ulama'

Qath’iy Rukyah: Solusi Menjaga Hitungan Bulan Hijriyah (2)

Qath’iy Rukyat yang dirumuskan Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) menjadi jawaban. Mengapa? Dengan berpatokan pada Qath’iy Rukyat Nahdlatul Ulama (QRNU) – kondisi hilal pasti bisa dilihat – dengan elongasi 9,9 derajat, maka bulan Jumadil Akhir tidak harus disempurnakan menjadi 30 hari.

Mengingat dua bulan sebelumnya – Rabi’ut Tsani dan Jumadil Awal 1445 H. – sudah berjumlah 30 hari. Jika mengacu pada hadits Nabi Muhammad Saw. maka jumlah hari bulan setelahnya, Jumadil Akhir 1445 H. harusnya berjumlah 29 hari. Ditambah lagi, berdasarkan data hisab, ijtimak akhir Rajab 1445 H. jatuh pada tanggal 10 Februari 2024 M. jam 5.56 WIB. Dan data hilal pada tanggal 29 Rajab 1445 H., bertepatan dengan Jum’at, tanggal 10 Februari 2024 M. tinggi 06° 33′ 47,54” dan elongasi 08° 00′ 58,08”.

Melihat data hisab tersebut, di tanggal 10 Februari 2024 potensi hilal terlihat sangat tinggi. Selain sudah melewati batas imkan, juga nyaris mendekati batas . Jika mengabaikan QRNU, dan hilal tidak terlihat di tanggal 29 Jumadil Akhir 1445 H./ 12 Januari 2024 M. maka bulan Jumadil Akhir akan diikmalkan (digenapkan) menjadi 30 hari.

Hal ini akan menimbulkan potensi bulan Rajab 1445 H. hanya berumur 28 hari. Mengapa? Karena sesuai dengan data di atas pada tanggal 10 Februari 2024 – yang jika bulan Jumadil Akhir digenapkan – bertepatan dengan tanggal 28 Rajab 1445 H. kondisi hilal sudah masuk kriteria IRNU. Jika hilal terlihat di hari itu, maka bulan Rajab 1445 H. hanya akan berumur 28 hari. Dan, hal ini tentu menyelesihi ketentuan yang ada.

Kondisi seperti ini bisa saja terulang di bulan dan tahun yang selanjutnya. Oleh karena itu, dari kasus seperti ini, QRNU perlu ditetapkan untuk menjaga hitungan bulan Hijriyah. Dengan hadits Nabi Muhammad Saw. sebagai pakem utama, bahwa jumlah hari bulan Hijriyah 30 dan 29 hari.

Qath’iy Rukyah: Solusi Menjaga Hitungan Bulan Hijriyah (1)

Awal bulan Jumadil Akhir 1445 H./ 2023 M. terjadi perbedaan antara tanggal yang sudah tertera di kalender, dengan hasil rukyat Hilal. Menurut hisab (perhitungan) dari beberapa metode, ijtima’ akhir bulan Jumadi Awal 1445 H. jatuh pada tanggal 13 Desember 2023 M. jam 6.32 WIB.

Ketinggian hilal di tanggal 29 Jumadil Awal 1445 H/13 Desember 2023 M. pun sudah masuk kriteria Imkanu Rukyat (kondisi memungkinkan untuk dilihat), dengan tinggi mar’i 04° 54′ 40,57” dan elongasi 07° 31′ 07,17”. Sementara batas minimal Imkanu Rukyat Nahdlatul Ulama’ (IRNU), tinggi 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

Namun, dari hasil laporan dari beberapa lajnah falakiyah dan para pelaku rukyat yang melakukan rukyat hilal di berbagai lokasi di tanggal itu, hilal tidak terlihat. Beberapa perukyat mengirimkan foto-foto ufuk barat saat rukyat berlangsung. Dan, di semua foto itu mendung memang terlihat cukup rapat dan tebal di ufuk barat.

Lajnah Falakiyah Al Fithrah bersama santri kelas XII PDF Ulya Al Fithrah Surabaya melakukan rukyat dua kali Rabu-Kamis (13-14/12/2023). Rukyat berlokasi di Wisata Bahari Lamongan. Di dua rukyat itu hilal tidak terlihat. Penyebab utamanya sama dengan di hari pertama, mendung.

Rukyat ke dua itu memang tidak berdampak hukum. Karena di tanggal 14 Desember 2023 M. bulan Jumadil Akhir 1445 H. sudah memasuki 30 hari. Sehingga secara otomatis, 1 Jumadil Akhir 1445 H. jatuh pada tanggal 15 Desember 2023 M. Merujuk Hadits Nabi Muhammad Saw, jumlah hari dalam satu bulan Hijriyah 30 dan 29 hari.

Namun, di kalender 2023 dan 2024 yang dikeluarkan Kementerian Agama Republik Indonesia, dan berbagai kalender yang ada, hari bulan Jumadil Awal 1445 H. hanya 29 dan hari bulan Jumadi Akhir 1445 H. 30. Sementara jika berpedoman pada hasil rukyat, maka di tanggal 30 Jumadil Akhir 1445 H. bertepatan 12 Januari 2024 M. baru masuk tanggal 29.

Mangacu pada tiga metode hisab – irsyad al-murid, tsamarot al-fikar, dan duru al-aniq -, ijtimak akhir bulan Jumadil Akhir 1445 H. jatuh pada hari Kamis 11 Januari 2024 M. jam 18.55 WIB. Sementara data hilal pada tanggal 29 Jumadil Akhir 1445 H. – menurut hasil rukyat bertepatan dengan hari Jum’at, 12 Januari 2024 M. –, ketinggian 12° 27′ 16″, dengan elongasi 13° 57′ 22″. Data ini menunjukkan posisi hilal sudah masuk kriteria IRNU.

Lalu, jika hilal tidak terlihat di tanggal 12 Januari 2024, apakah bulan Jumadil Akhir 1445 H. harus diistikmalkan (disempurnakan 30)?

Awal Dzulhijjah 1444 H., Mengapa Berbeda?

Hari raya Idul Adha 1444 H. tahun 2023 M. di Indonesia kembali berbeda. Ahad 18 Juni 2023, Pemerintah lewat Kementrian Agama (Kemenag) Republik Indonesia mengumumkan 1 Dzulhijjah 1444 H. bertepatan dengan Selasa Pahing, 19 Juni 2023 M. Senada dengan ikhbar/pemberitahuan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama’ dan Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah.

Sementara Muhammadiyah lebih dulu mengumumkan 1 Dzulhijjah 1444 H. bertepatan dengan Senin Legi, 19 Juni 2023 M. Hal ini tertuang dalam Maklumat Pimpinan Pusat No. 1/MLM/I.0/E/2023. Perbedaan kapan mulainya bulan Dzulhijjah inilah yang mengakibatkan adanya perbedaan hari raya Idul Adha 1444 H.

Mengapa ada perbedaan penentuan awal bulan Hijriyah?

Ahli Falak sudah berbeda pendapat kapan tepatnya 1 Muharram 1 H. Sebagian berpendapat 1 Muharram 1 H. bertepatan dengan 15 Juli 622 M. Pendapat ini berdasarkan pada hasil hisab ketinggian hilal pada 14 Juli 622 M saat ghurub (matahari tenggelam) 5°57’. Ketinggian yang sangat memungkinkan hilal terlihat.

Pendapat lain, 1 Muharram 1 H. bertepatan dengan 16 Juli 622 M. Pendapat ini berdasarkan tidak satupun didapati laporan rukyat pada 14 Juli 622 M. yang berhasil melihat hilal, meskipun posisi hilal cukup tinggi. Dua pendapat inilah melatarbelakangi perbedaan penentuan awal bulan Hijriyah.

Mengapa 1 Dzulhijjah di Indonesia dan Arab Saudi berbeda?

Awal bulan Hijriyah juga bisa berbeda pada daerah yang berbeda mathla’ (waktu munculnya matahari dan bulan). Hal ini seperti yang terjadi sekarang ini di Indonesia dan di Saudi Arabia. Jarak kedua negara ini ± 7.902 km dengan selisih waktu ± 4 jam. Hal ini mengakibatkan perbedaan posisi Hilal saat ghurub.

Di Indonesia pada tanggal 29 Dzulqo’dah 1444 H./18 Juni 2023 M saat ghurub, posisi hilal tertinggi hilal di wilayah paling barat 2° 32’ dengan elongasi 05° 29′. Posisi ini masih belum memenuhi kriteria imkanur rukyat yang ditentukan oleh Kemenag RI. Dan, dari rukyat yang sudah diselenggarakan di banyak titik, tak satupun melaporkan terlihatnya hilal.

Sementara di Arab Saudi pada tanggal yang sama saat ghurub posisi hilal sudah di ketinggian 05° 22′ dengan elongasi 06° 59′. Posisi yang sudah memenuhi imkanur rukyat. Dilansir dari akun twitter @HaramainInfo, hilal berhasil terlihat pada tanggal 18 Juni 2023 M. setelah ghurub. Sehingga 1 Dzulhijjah 1444 H. di Arab Saudi bertepatan dengan 19 Juni 2023 M.

Menyikapi perbedaan hari Idul Adha 1444 H. di Indonesia

Perbedaan hari raya Idul Adha maupun Idul Fithri bukan perkara baru bagi warga Indonesia. Warga juga semakin dewasa menerima perbedaan ini dengan saling menghormati. Semoga kita semua bisa mengisi bulan Dzulhijjah 1444 H. dengan ibadah dan merayakan Idul Adha 1444 H. Wallahu a’lam

Referensi:

Syaikh al-Bakri al-Dimyathi, I’aanatu al-Thalibin juz 2 hlm. 246

Ust. Soelaiman, Ilmu Falak, hlm. 10

(dfn)