Majlis Ahad Kedua Bulan Muharram 1447 H (1)

Silahkan share

Majlis Ahad Kedua merupakan salah satu majlis rutin yang diselenggarakan oleh Jamaah Al Khidmah di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya. Majlis ini telah diinisiasi sejak masa hidup Hadhratusy Syaikh Romo KH. Achmad Asrori Al Ishaqi ra. Rangkaian majlis meliputi pembacaan Tawasul Fatihah, Istighotsah, Khotmil Qur’an, dan Maulid. Setelah serangkain munajat dan dzikir Kiai Asrori akan menyampaikan pengajian dengan bahasa Indonesia atau Jawa

Setelah beliau wafat, tradisi Majlis Ahad Kedua tetap dilestarikan dan kini diadakan setiap Ahad Kedua pada bulan Muharram, Rabiul Awal, Rajab, dan Dzulqaidah. Khusus pada bulan Dzulqaidah, turut dibacakan Manaqib Sayyidatina Khadijah al-Kubra dari kitab al-Busyra karya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki.

Menyambut Tahun Baru Hijriyah dengan Kebaikan

Tahun ini, Majlis Ahad Kedua Muharram 1447 H. bertepatan dengan Hari Asyura, tanggal 10 Muharram—hari yang sarat makna dalam sejarah Islam. Di antaranya adalah keselamatan Nabi Nuh as. dari banjir besar, keselamatan Nabi Ibrahim as. dari api Raja Namrud, serta keberhasilan Nabi Musa As. lolos dari kejaran Fir’aun.

Baca Juga  Visitasi Akreditasi RA Al Fithrah Surabaya

Berbagai amalan dianjurkan pada Hari Asyura, seperti memotong kuku, memperluas nafkah kepada keluarga, bersilaturahmi, sowan kepada para ulama (baik yang masih hidup maupun telah wafat), bersedekah, berpuasa, dan amalan-amalan kebajikan lainnya sebagai bentuk syukur dan peningkatan spiritual.

Dalam Naungan Ahlussunnah wal Jama’ah

Salah satu agenda penting dalam majlis ini adalah pengajian kitab al-Muntakhobat fi Rabithah al-Qalbiyah wa Shilah al-Ruhiyah karya Hadhratusy Syaikh KH. Achmad Asrori al Ishaqi ra. Pada kesempatan ini, pengajian disampaikan oleh Habib Musthofa Jamal Alaydrus, yang membahas bab Fi Dhilal Ahlussunnah wa al-Jama’ah dalam jilid pertama kitab tersebut.

Habib Musthofa menekankan bahwa setelah wafatnya Rasulullah Saw. dan masa Sahabat, muncul tantangan besar dalam memahami syariat, khususnya terhadap ayat-ayat mutasyabihat. Lemahnya keilmuan dan minimnya ulama yang berhikmah membuat umat rentan terhadap penyimpangan. Namun Allah SWT menjaga agama ini melalui kehadiran para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah yang bersih fitrahnya, jernih hatinya, dan tidak mudah tergoda dunia.

Mereka diibaratkan seperti pohon yang baik, yang tumbuh kokoh dan menghasilkan buah sepanjang waktu, sebagaimana disebutkan dalam QS. Ibrahim ayat 24–25.

Baca Juga  Rapat Perdana Panitia Haul Akbar Al Fithrah 2023

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَاۤءِۙ    تُؤْتِيْٓ اُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ ۢبِاِذْنِ رَبِّهَاۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ

Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimah ṭayyibah? (Perumpamaannya) seperti pohon yang baik, akarnya kuat, cabangnya (menjulang) ke langit. Dan menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan untuk manusia agar mereka mengambil pelajaran.
QS. Ibrahim: 24-25