Liputan

Santri PDF Ulya Mengikuti Vokasi Pesantrenpreneur Al Fithrah 2022

Sejak bulan Agustus lalu ada kegiatan menarik di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya. Pesantrenpreneur, atau lebih dikenal oleh santri Al Fithrah dengan kegiatan vokasi (program bisnis terapan).

Kegiatan ini diinisiasi oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN).  Walaupun sudah dimulai sejak bulan Agustus 2022, kegiatan vokasi ini baru diresmikan dari pihak BUMN pada tanggal 14 September 2022.

“Kegiatan (vokasi) ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan berwirausaha di pondok pesantren.” terang Bapak Erick Thohir, Menteri BUMN lewat video yang ditampilkan di acara peresmian kegiatan vokasi di Al Fithrah.

Lebih lanjut ia juga menyampaikan, bahwa penyelanggraan kegiatan ini dimaksudkan agar pesantren dapat menjadi mercusuar peradaban. Dan, pusat pemberdayaan muslimpreneur.

Ada tiga pendidik yang sudah lebih dulu mengikuti Training of Trainer Pesantrenpreneur 2022. Dalam training ini, tiga pendidik disiapkan untuk mendampingi santri selama kegiatan vokasi ini berlangsung. Ust. Sudarsono, Ust. Badrul Komar, dan Usth. Lilik Maftuhah, adalah tiga pendidik yang diutus ponpes Al Fithrah untuk mengikuti training ini.

Di ponpes Al Fithrah, kegiatan vokasi ini diikuti oleh santri kelas XII Pendidikan Diniyah Formal (PDF) Ulya Al Fithrah. Tidak semua santri mengikuti kegiatan ini, mengingat keterbatasan pendamping dan memang diutamakan bagi santri yang berminat saja.

Jus buah D’Santri, hasil kegiatan vokasi pesantrenpreneur Al Fithrah 2023

Ada 12 produk dari hasil kegiatan vokasi ini, 9 diantaranya dalah produk makanan dan minuman. Dari produk makanan santri belajar membuat sandwich, seblak kering, kriuk pedas, lumpia ayam, martabak ayam dan sayur, dan pisang coklat. Sementara dari produk minuman santri belajar membuat jus buah, es boba, dan es timun serut.

Selain itu ada tiga produk di luar makanan dan minuman yang juga dibuat oleh santri yang mengikuti kegiatan ini. Sabun cuci piring, buket ulang tahun, wisuda, dan pernikahan, dan figura hantran lamaran dan pernikahan.

Hantaran lamaran, hasil kegiatan vokasi pesantrenpreneur Al Fithrah 2023

Kegiatan vokasi ini tidak berhenti pada bagaimana santri menghasilkan produk. Dalam kegiatan vokasi ini santri juga diberikan pembelajaran mengenai bagaimana mengemas dan memasarkan produk. Termasuk juga menentukan  harga jual produk yang sudah mereka buat.

Selasa, 17 Januari 2023 para santri yang mengikuti kegiatan vokasi ini memamerkan produk-produk yang sudah mereka buat. Berlokasi di auditorium ponpes Al Fithrah, pameran ini dihadiri semua pendidik dan tenaga pendidik PDF Ulya Al Fithrah.

Kepala Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, Ust. Kunawi juga hadir dalam kegiatan pameran itu. Turut mendampinginya Ust. Nashiruddin selaku Kabag. Pendidikan Al FIthrah dan Ust. Yasin selaku Kabag. Umum dan Administrasi Al Fithrah.

Pameran ini juga dihadiri Mas Iqbal Yanuardi, menantu KH. Achmad Asrori al-Isahaqy – Allahu yarhamuhu -. Didampingi Ust. Kunawi, Mas Yanu ikut melihat produk-produk hasil kreasi para santri yang mengikuti vokasi ini.

Dalam pameran ini pendidik dan tenaga pendidik serta tamu undangan bisa menikmati produk makanan dan minuman yang sudah dibuat oleh santri. Tak hanya itu, bingkisan berupa sabun cuci piring dan buket makanan ringan juga mereka terima ketika meninggalkan lokasi pameran.

Dengan diikuti oleh santri tingkat akhir PDF Ulya ada harapan, jika santri pulang ke rumah, mereka bisa menerapkan apa yang sudah mereka pelajari. Sangat mungkin produk yang mereka buat di luar kegiatan vokasi yang mereka ikuti.

Namun, kemampuan dalam mengemas(packing), menentukan harga (keystone pricing) dan memasarkan produk (marketing), produk tentu akan sangat berguna buat mereka. Apapun produk atau jasa yang akan mereka tawarkan.

Al Fithrah Terima Kunjungan dari Fed Uni dan Unair

Jum’at, 13 Januari 2023 rombongan dari Federation University Australia dan Universitas Airlangga, berkunjung ke Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya. Kunjungan ini dalam rangka melihat pelayanan Pos Kesehatan pesantren (Poskestren) Al Fithrah.

Poskestren Al Fithrah hari ini tidak hanya memberikan pelayanan dasar pada santri dan tenaga pendidik serta kependidikan di lingkungan Al Fithrah. Poskestren Al Fithrah juga memberikan pelayanan kesehatan dasar pada warga di sekitar Al Fithrah.

Keberadaan Poskestren Al Fithrah dan pelayanannya menjadi daya tarik Federation University of Australia dan Universitas Airlangga untuk berkunjung ke Al Fithrah. Rombongan yang ikut serta dalam kunjungan ini terdiri dari 21 mahasiswa dan 3 orang staf.

Rombongan dalam kunjungan ini didampingi Prof. Dr. Mohammad Aziz Rahman, seorang konsultan penelitan kesehatan masyarakat, dan Dr. Biswajit Banik, seorang peneliti kesehatan masyarakat. Keduanya adalah dosen dari Federation University Australia.

Rombongan ini disambut di auditorium Al Fithrah. Mengawali rangkaian acara kunjungan ini, santri husada Al Fithrah menampilkan kasidah. 15 santri husada dan 12 santri program Bahasa Inggris hadir dalam penyambutan ini.

Usai kasidah, sebagaiman lazimnya acara di Al Fithrah, acara inti selalu dibuka dengan berkirim fatihah (tawasul). Pada acara ini Ust. Nasir, kepala bagian Pendidikan Al Fithrah yang membawakannya.

Selanjutnya Ust. Kunawi, kepala Pondok Al Fithrah memberikan sambutan yang diterjemahkan oleh Ust. Yasin, kepala bagian Umum dan Administrasi Al Fithrah yang juga pengajar Bahasa Inggris di PDF Ulya Al Fithrah dan STAI Al Fithrah.

Dalam sambutannya Ust. Kunawi mengucapkan terimakasih dan selamat datang pada para tamu baik dari Federation University Australia maupun Unairdi Al Fithrah. Selanjutnya, Ust Kunawi berharap adanya kunjungan ini membawa hal-hal positif untuk Poskestren Al Fithrah. Khususnya dalam pelayanan dasar kesehatan untuk warga Al Fithrah dan sekitarnya.

Presentasi tentang Poskestren oleh santri Husada dan diskusi terkait pelayanan kesehatan menjadi agenda utama dalam kunjungan ini. Selain mempresentasikan tentan Poskestren, santri Husada juga menampilkan kasidah cuci tangan yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Inggris. Apresiasi yang baik diberikan oleh dosen dari Federation University Australia pada pelayanan Poskestren yang telah dipresentasikan oleh santri Husada. Apresiasi ini tentu harus direspon baik pula dengan meningkatkan pelayanan Kesehatan dasar oleh Poskestren untuk warga Al Fithrah dan sekitarnya.

Liputan: Kajian Al Muntakhobat; Urgensi Guru Mursyid (2)

Nyaris pukul sepuluh waktu Indonesia barat, Kiai Reza baru datang. Ust. Kholis tak langsung mempersilahkan Kiai Reza untuk menyampaikan materi. Ia seperti membiarkan Kiai Reza untuk istirahat sejenak, mengingat telah menempuh perjalanan Kediri-Surabaya.

“Saya sengaja terlambat karena untuk menunjukkan bahwa lelaki sejati adalah yang harus bisa molor” Kata Kiai Reza disambut tawa para peserta, mengawali pembicaraannya. “Mursyid itu syaratnya harus rosyid (mampu menuntun dan membimbing) dan kholis (berhati bersih)” lanjut Kiai Reza memulai bahasannya terkait mursyid. Sementara Ust. Rosyid dan Ust. Kholis yang disampingnya tersenyum nama keduanya disebut.

“Tapi, kalau rosyid dan kholis tanpa ridho dari Allah itu tidak akan mungkin terjadi. Dan ridho itu diucapkan oleh orang Pakistan dengan ucapan Reza,” sambung Kiai Reza disambut gelak tawa perserta kajian. “Narasumber harus menang dari moderator dan pemantiknya” lanjut Kiai Reza.

Mengantar ke pembahasan siapa mursyid dan betapa pentingnyan berguru mursyid dalam kitab al-Muntakhobat, Kiai Reza bercerita tentang pengalamannya membaca teks yang ditulis Kiai Asrori. Teks yang tak disangka olehnya akan menjadi bagian pembuka dari Kitab al-Muntakhobat.

Kiai Reza  sempat menuturkan bahwa ada kesamaan isi di dalam kitab al-Muntkahobat terkait mursyid dengan yang tertuang dalam kitab Haqaaiqu ‘Ani al-Tasawuf.

Masuk dalam kajian teks al-Muntakhobat, Kiai Reza membuka dengan definisi syaikh sebelum ke pembahasan mursyid. Kiai Asrori dalam al-Muntakhabat-nya telah menulis berbagai definisi syaikh.

Setelah pemaparan mengenai syaikh dalam al-Muntakhobat Kiai Reza baru masuk pada pembahasan mengenai “siapakah syaikh yang juga al-murabbi al-mursyid?” dan “sebetapa penting terhubung dengannya”.

Tiga syarat syaikh yang juga al-murabbi al-mursyid. Pertama, mampu memberikan ilmu yang bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadits. Kedua, bijaksana, mampu memilah mana hal-hal yang tidak dibutuhkannya. Ketiga, mampu mencerahkan murid dan orang di sekitarnya dengan ucapan, tindakannya

Ketiga syarat di atas, adalah wujud meneladani Rasulullah Saw. Seperti para sahabat yang berguru langsung pada Rasulullah Saw., maka begitu penting bagi kita untuk berguru pada seorang al-murabbi al-mursyid.

Dari al-murabbi al-mursyid kita mendapatkan ilmu yang kita butuhkan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kita. Dengan ilmu-ilmu itu kita tak hanya dituntun melaksanakan syariat, tapi sekaligus mengetahui penyakit hati yang hinggap pada diri kita. Dan, bersamanya kita tersembuhkan, bersih dari penyakit itu.

Pada kajian kali ini sesi tanya jawab ditiadakan karena waktu yang sudah terlkalu larut malam. Kajian ditutup do’a oleh Kiai Reza, dan dilanjutkan dengan penyerahan cinderamata dari panitia untuk Kiai Reza.

Liputan: Kajian Al Muntakhobat; Urgensi Guru Mursyid (1)

Tanggal 20 Desember 2023, telah terlaksana Kajian al-Muntakhobat dengan materi Urgensi Guru Mursyid di Auditorium Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya. Berbeda dengan kajian sebelumnya yang hanya ditangani oleh  Majelis Kebersamaan dalam Kajian dan Pembahasan Ilmiah (MKPI) Al Fithrah. Pada kajian ini MKPI juga menggandeng Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Ma’had ‘Aly Al Fithrah.

Dr. KH. Reza Ahmad Zahid, Lc, M.A, Pengasuh Pondok Pesantren Al Mahrusiyah Lirboyo Kediri, dihadirkan untuk menyampaikan materi Urgensi Guru Mursyid. Materi ini sendiri telah tertuang dalam kitab al-Muntakhobat, kitab yang juga menjadi brand dari kajian yang diusung PJ. Turats, dan dilaksanakan oleh MKPI.

Al-Muntakhobat merupakan kitab yang disusun oleh KH. Achmad Asrori al-Ishaqy – Allahu yarhamuhu –. Terdiri dari lima juz, kitab ini mulanya hanya dua juz. Kitab yang memiliki daftar referensi yang berlimpah ini juga dikaji sehari-sehari di Ma’had ‘Aly Al Fithrah dan STAI Al Fithrah. Dan, juga bagian dari kurikulum di dua Pendidikan tinggi di ponpes Al Fithrah tersebut. 

Dalam kajian ini, Ust. Nur Kholis – yang sebelumnya juga pernah menjadi pemateri dalam kajian ini  – diminta oleh panitia sebagai moderator. Ia merupakan adik kelas Kiai Reza semasa belajar di Ahqaf, Yaman. Ust. H. Abdur Rosyid, selaku ketua PP. ath Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsabandiyah dan juga alumni pondok Lirboyo, diminta oleh panitia untuk memantik kajian malam itu.

Jalannya Acara

Lazimnya acara di ponpes Al Fithrah, kajian ini dibuka dengan bacaan Tawasul, Istighosah dan Maulid Fi Hubby. Serampungnya acara pembukaan, Huda Muttaqin selaku ketua penyelenggara kajian ini memberikan sambutan. Dalam sambutannya, ia menyampaikan terimakasih kepada segenap panitia dan pihak-pihak yang mendukung terselenggaranya kajian ini.

Sambutan kedua disampaikan oleh Ust. Ahmad Qunawi, selaku Kepala Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya. Ia mengapresiasi khidmah dan perjuangan para aktivis MKPI Al Fithrah dan BEM Ma’had Aly Al Fithrah dalam menyelenggarakan kegiatan Kajian al-Muntakhobat. Adanya kajian merupakan bentuk melanjutkan ajaran Hadlratusy Syaikh KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy, khususnya dalam menggali khazanah tasawuf dalam karya beliau, al-Muntakhobat.

Kajian ini sempat molor dari waktu yang sudah diagendakan. Keterlambatan kedatangan Kiai Reza karena macet menjadi penyebabnya. Meski demikian, Ust. Kholis dan Ust. Rosyid tetap memulai kajian malam itu, sambil menunggu kedatangan Kiai Reza.

Ust. Rosyid memantik kajian itu dengan pernyataan, belakangan term mursyid mengalami pendangkalan definisi. Banyak orang mengetahui mursyid dipahami sebagai orang yang hanya memberikan ijazah. Padahal, jika kita membaca lebih teliti dan mendalam di kitab-kitab tasawuf, kita menjumpai mursyid sebagai manusia yang memiliki keistimewaan. Dan, syarat serta ketentuan seseorang untuk mendapatkan predikat mursyid dalam tarekat sangat berat dan amat banyak.

Dalam pantikannya, Ust. Rosyid juga mengisahkan tentang Kiai Asrori yang menanggung amaliyah wajib yang sudah beliau ijazahkan kepada murid yang telah berbaiat padanya. Jadi, tidak sekedar mengijazahkan, seorang musyid juga mengontrol muridnya apakah sudah mengamalkan ijazah darinya atau tidak.

Mengantar kajian pada malam itu, Ust. Rosyid juga mengenalkan siapa Kiai Reza pada peserta kajian. Sebagian besar peserta mungkin tahu kalau Kiai Reza adalah pengasuh ponpes Al Mahrusiyah, Lirboyo, Kediri. Tapi, barangkali ada juga yang tidak tahu kalau ia juga masih keponakan Kiai Asrori.

Ust. Rosyid  menjuluki Kiai Reza sebagai majma’ul bahrain, tempat berkumpulnya dua lautan. Tak lain sebab Kiai Reza merupakan keturunan dua ulama besar. Dari jalur ayah, beliau masih cucu dari KH. Mahrus Aly sang pakar Fikih, sedang dari jalur ibu beliau cucu dari KH. Muhammad Utsman Al-Ishaqy, Mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.

(bersambung)

Kajian Al Muntakhobat: Mensuritauladani Rasulullah Saw.

Di penghujung bulan November lalu, Majelis Kebersamaan dalam Kajian dan Pembahasan Ilmiah (MKPI) Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya kembali menyelenggarakan kajian Kitab al-Muntakhobat. Dr. H. Nur Kholis, Lc, dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Fithrah dan Ma’had ‘Aly Al Fithrah diundang oleh MKPI untuk menjadi narasumber dalam kajian ini.

Berpegang Teguh pada Aturan Allah dan Mensuritauladani Rasulullah Saw., dipilih sebagai topik utama dengan sumber utama kitab al-Muntakhobat, karya Hadrotusy Syaikh KH. Achmad Asrori al-Ishaqy ra. Topik utama masih berkesinambungan dengan topik di kajian sebelumnya; bermimpi bertemu Nabi Saw.

Dalam kitab al-Muntakhobat, Kiai Asrori merumuskan bahwa ada dua perintah Allah Swt yang utama, yang dari dua perintah itu bercabang ke perintah-perintah yang lain. Pertama, berpegang teguh pada Allah Swt dan segala sesuatu yang berasal dari-Nya. Kedua, mengikuti segala bentuk hal yang datang dari Rasulullah Saw. Dua perintah ini saling terhubung, mengingat apa yang Rasulullah sampaikan dan contohkan tidak mungkin bertentangan dengan perintah pertama.

“Jangan sampai mempertanyakan (keabsahan) apa yang telah Rasul sampaikan,” tegas Ust. Kholis. “Hadlratusy Syaikh mengajarkan kita totalitas. Imani dan ikuti!” lanjut dosen yang menempuh pendidikan setara S-1 nya di Yaman.

Pernyataan ini disampaikan agar tidak ada keraguan sedikitpun bahwa segala hal yang disampaikan dan dicontohkan oleh Nabi Saw, adalah penjabaran dari firman-firman Allah Swt yang disampaikan pada beliau dan terkodifikasikan dalam al-Qur’an.

Suatu waktu, Syaikh Imran bin Husain ra. ketika memberikan ceramah dan mengajarkan suluk kepada santrinya, ditanya oleh seseorang, “Kenapa kamu menjelaskan sesuatu yang tidak ada dalam Al-Qur’an?”

“Bukankah engkau telah membaca al-Qur’an dan di sana tidak kau jumpai bahwa sholat Isya’ ada empat rakaat, Maghrib tiga rakaat, Subuh dua rakaat, Dhuhur dan Ashar empat rakaat? Bukankah engkau mempelajarinya dari kami? sedangkan kami mempelajarinya dari Rasulullah SAW” jelas Syaikh Imran pada penanya itu.

Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim, Rasulullah Saw menuturkan: “Apapun yang aku larang maka jauhilah dan apapun yang aku perintahkan maka lakukanlah semampu kalian. Sesungguhnya sesuatu yang telah membinasakan umat sebelum kalian adalah karena mereka banyak bertanya dan tidak patuh pada Nabi-nabi mereka.”

Hadits ini kiranya cukup menjadi penegasan oleh Nabi Saw., bahwa apa yang datang dari beliau tidak lain dan tidak bukan bersumber pada Allah Swt. Berupa wahyu, baik yang terhimpun dalam al-Qur’an ataupun pada yang kita kenal dengan Hadits Qudsi.

Dalam al-Muntakhobat, Kiai Asrori menegaskan hal mendasar ini. Mengingat dalam al-Muntakhobat, begitu banyak hadits yang beliau sertakan untuk menerangkan kandungan dan maksud ayat-ayat al-Qur’an yang beliau tampilkan. Dari dua sumber utama dalam pengambilan hukum umat Islam inilah beliau memaparkan pemahamannya yang juga beliau tampilkan dukungan pemahaman itu dari keterangan-keterangan ulama terdahulu yang terbukukan dalam kitab-kitab mereka.

“Hal semacam ini telah diimplementasikan sejak dua belas tahun lalu. Adanya skripsi dan kajian al-Muntakhobat yang dikomparasikan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits, tujuannya adalah memperkuat keteguhan atas dalil-dalil dan argumentasi Hadlratusy Syaikh,” terang Ust. Kholis dalam pembacaanya terhadap teks al-Muntakhobat.

Kajian yang dilaksanakan di gedung PW Al Khidmah Jatim ini dihadiri oleh Ust. Hermansyah, M.Ag (kepala PDF Ulya Al Fithrah), dan Ust. Ahmad Mahbub, M.Ag. (PJM Turats). Mengigat kapasitas lokasi yang terbatas, kajian ini hanya dihadiri perwakilan santri PDF Wustho, PDF Ulya dan Ma’had Aly Al Fithrah Surabaya.

Sementara itu, di ruang zoom hadir Ust. Imam Bashori, M.Ag, (Mudir Ma’had ‘Aly Al Fithrah), dan Ust. Tajul Muluk, M.Ag (dosen STAI Pandanaran, Yogyakarta), serta beberapa asatid juga jamaah Al Khidmah dari beberapa daerah, mengikuti kajian malam itu.

Seusai doa penutup dibacakan, kajian diakhiri dengan pengumuman bahwa pada akhir Desember ini akan dihadirkan Dr. KH. Reza Ahmad Zahid, Lc. M.A. sebagai pengisi kajian.

Semoga langkah ini menjadi wasilah untuk meningkatkan keyakinan kita kepada Hadratusy Syaikh Romo KH Ahmad Asrori Al-Ishaqy. Aamiin.