alfithrah

Keistimewaan Manusia dalam Pandangan KH. Achmad Asrori Al-Ishaqy (1)

Kitab al-Muntakhabat merupakan karya Magnum Opus KH. Achmad Asrori al-Ishaqy. Kitab ini adalah kitab tasawuf yang pembahasannya cukup rinci. Sehingga, sangat cocok dijadikan pegangan untuk menambah pengetahuan tentang dunia sufistik dan sebagai pengantar untuk bermakrifat kepada Allah.

Salah satu pembahasan menarik dalam kitab al-Muntakhabat ini ialah pembahasan tentang keistimewaan-keistimewaan manusia. Keistimewaan yang dimaksud di sini adalah keistimewaan yang Allah anugerahkan kepada manusia yang tidak dimiliki oleh selainnya dan bahkan tidak dimiliki oleh malaikat. Dengan demikian, tulisan ini akan mengurai keistimewaan-keistimewaan manusia perspektif Kiai Asrori.

Adanya tujuan mengetahui keistimewaan-keistimewaan manusia di sini bukan berarti untuk disombongkan melainkan untuk disyukuri sebagai anugerah dari Allah swt.

Dalam kitab al-Muntakahabat ini, Kiai Asrori memberikan judul pada tema ini dengan “min khasa’is al-insan” (sebagian dari keistimewaan manusia). Artinya, bermacam keistimewaan yang disebutkan dalam kitab ini hanya sebagian saja. Dan, tidak menutup kemungkinan ada keistimewaan-keistimewaan lain yang tidak disebutkan karena kata “min” pada judul tersebut berfaidah li al-tab’id.

Keistimewaan Manusia

Kiai Asrori menuliskan beberapa keistimewaan manusia dalam al-Muntakhabat. Pertama, Allah jadikan ruh manusia yang sifatnya lembut dan immaterial yang tidak bisa diraba, dimasukkan ke dalam raga manusia yang sifatnya material. Tujuannya adalah agar manusia dapat bergerak dan beraktifitas. Ruh yang dimaksud ini baik orientasinya pada ‘nyawa’ yang dapat menghidupkan jasad yang mati atau ruh al-mudrikah yakni ruh yang memiliki kemampuan untuk mengerti dan memahami. Dari kedua pengertian ruh tersebut, kedua-duanya masuk dalam bagian ini, sehingga manusia bisa bangkit, berkreasi dan melakukan apa saja karena ada ruh dalam jasadnya.

Lebih jauh, Ust. Abu Sari dalam kajian al-Muntakhabat mengutip pendapat Abu Hamid al-Ghazali dalam Mizan al-Amal mengenai jiwa dan raga. Eksistensi jiwa merupakan bagian yang berdiri sendiri karena jiwa dan raga berada pada dimensi yang berbeda. Jika raga bersifat material, terdiri dari unsur-unsur yang membentuk; kepala, tangan, kaki dan sebagainya, maka jiwa bersifat immaterial yang mempunyai daya mengerti dan memahami. Jadi, jiwa inilah yang kemudian berkaitan dengan qalb (hati), akal dan ruh itu sendiri.

Kedua, Allah jadikan raga manusia dalam ciptaan yang amat sempurna. Kemudian, Allah hiasai dengan berbagai keindahan dari makhluk-Nya. Dan, manusia merupakan makhluk yang diciptakan Allah dengan begitu mengagumkan.

Imam al-Ghazali dalam kitab Asrar al-Makhluqat (rahasia-rahasia dibalik semua ciptaan), membahas secara khusus tentang hikmah dan rahasia diciptakannya manusia. Melalui kitab ini al-Ghazali meyakinkan bahwa manusia adalah ciptaan yang sangat mengagumkan. Hal ini bisa dilihat dari asal mula proses penciptaannya yang berasal dari nutfah (air mani), setelah itu bertransformasi menjadi ‘alaqah (segumpal darah), lalu mudghah (segumpal daging). Kemudian, ada tulang-tulang yang dibungkus dengan daging dan daging diikat dengan otot. Otot-otot ini tersebar di seluruh tubuh dan memiliki fungsinya masing-masing. Pada akhirnya, dengan perincian yang cukup luas ini al-Ghazali menyimpulkan “jasaduka kulluha ‘ajaib” (jasadmu itu secara keseluruhan adalah keajaiban).

Ketiga, Allah jadikan hati manusia sebagai bejana yang dapat menampung makna, hikmah dan rahasia ketuhanan. Oleh sebab itu, Rasulullah dalam hadisnya menyatakan,

إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sungguh Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, melainkan melihat hati dan amal kalian.” [HR. Muslim]

Kaitannya dengan bagian keistimewaan manusia yang ketiga ini ialah Allah tidak memandang manusia dari rupa dan harta melainkan apa yang hadir dalam hati manusia. Sehingga, makna yang muncul dalam hati adalah dimensi yang menjadi pusat perhtian bagi Allah. Dalam menjelaskan bagian yang ketiga ini, Kiai Asrori mengutip hadis dari Imam al-Thabrani yang artinya, “Sesungguhnya Allah mempunyai bejana di bumi yakni hati. Sedangkan bejana (hati) yang paling disenangi oleh Allah adalah bejana yang paling jernih, kuat dan lembut”. Menafsiri hadis ini, Ali bin Abi Thalib berkata, maksud dari hadis di atas ialah jernih dalam keyakinan, kuat dalam perpegang teguh pada agama dan lembut pada sesama.

MKPI Ponpes Al Fithrah Gelar Kajian Al-Muntakhabat dengan Tema “Keistimewaan-Keistimewaan Manusia”

Majelis Kebersamaan dalam Pembahasan Ilmiah (MKPI) Ponpes Assalafi Al Fithrah menggelar kajian kitab al-Muntakhabat karangan KH. Achmad Asrori dengan tema “min khasais al-insan” (Sebagian Keistimewaan Manusia) yang bertempat di auditorium pendopo Ponpes Assalafi Al Fithrah Surabaya pada Rabu (12/06/2024).

Kajian ini merupakan kajian rutinan yang diadakan setiap bulan. Sementara pada sesi ini, kajian al-Muntakhabat merupakan kajian pertama di tahun ajaran baru Ponpes Assalafi Al Fithrah setelah sebelumnya vakum selama tiga bulan karena liburan pondok.

“Momentum kajian spesial ini akan dirutinkan sekali dalam sebulan, merupakan bukti nyata atas kesungguhan kita bersama sebagai santri-santri ponpes Al Fithrah yang dalam hal ini kita tetap menyisakan keinginan kuat untuk terus mengkaji dan menelaah karya pemikiran daripada Romo Kyai Asrori al-Ishaqy,” ujar Ust. Ainul Yaqin selaku ketua panitia kajian Muntakhabat.

Kajian al-Muntakhobat di kesempatan ini, panitia mendatangkan Ust. Abu Sari sebagai narasumber. Beliau merupakan salah satu dosen aktif di Institut Al Fithrah dan sekaligus di Ma’had Aly Al Fithrah Surabaya. Peserta pada kajian ini terdiri dari santri Wustha, PDF Ulya dan para pengajar di ponpes Al Fithrah. Uniknya, para panitia kajian al-Muntakhabat tidak hanya menyediakan ruang offline tetapi juga online. Sehingga alumni ataupun masyarakat umum bisa ikut meramaikannya melalui link zoom yang dibagikan.

Dalam pemaparannya, Ust. Abu Sari menyampaikan tentang keterbukaan Romo Kyai Asrori al-Ishaqi terhadap ilmu pengetahuan tanpa harus mensimplifikasinya.

“Kata ‘min’ pada min khasais al-insan, mempunyai faidah li al-tab’id yang menunjukkan makna sebagian. Artinya, tidak menutup kemungkinan nanti ada keistimewaan-keistimewaan lain yang dimiliki oleh manusia yang tidak tertulis di sini. Nah, kalau saya memahami ini, pertama menunjukkan sikap akademisi, sifat beliau (Kyai Asrori) sebagai akademisi atau ilmuan yang tidak menutup ruang pintu pengetahuan,” jelas Ust. Abu Sari pada Rabu (12/06/2024).

Sementara itu, Ust. Abu Sari memberikan penjelasan yang cukup rinci mengenai keistimewaan-keistimewaan manusia yang terdapat dalam kitab al-Muntakhabat. Secara garis besar keistimewaan-keistimewaan ini dapat diklasifikasi menjadi tujuh. Pertama, Allah menjadikan dalam raga manusia ruh yang bersifat lembut, sehingga manusia dapat beraktifitas dan memenuhi segala tujuannya. Kedua, Allah menciptakan dengan sebaik-baiknya bentuk dan dihiasi dengan keindahan-keindahan hikmah-Nya. Ketiga, Allah menciptakan hati manusia untuk menyimpan sirri-rahasia ketuhanan.

Keempat, Allah menjadikan hati manusia menurut fitrahnya (asal ciptaannya) untuk mengetahui hal yang bersifat empiris (nyata) dan benar. Kelima, Allah menjadikan sebagai khalifah di bumi. Keenam, Allah memberikan berbagai macam ilmu dan segala pemahaman pada manusia yang tidak dimiliki oleh selainnya. Ketujuh, Allah menjadikan manusia sebagai salinan alam semesta. Jika alam adalah makro kosmis, maka manusia adalah mikro kosmis. Namun, jika manusia dapat ma’rifat kepada Allah, maka ia dapat menjadi makro kosmis atau semua yang ada adalah salinan wujud darinya.

Selanjutnyam kajian kitab al-Muntakhabat ini dilanjut dengan diskusi melalui pertanyaan-pertanyaan oleh para peserta selama 25 menit. Salah satu penanya dari PDF Ulya, Kahfi Mubarak, memberikan pertanyaan yang cukup menarik tentang keberadaan manusia di bumi. “Jika manusia adalah khalifah di bumi, lantas kenapa manusia selalu melakukan kerusakan?” tanya Kahfi.

Ust. Abu Sari mengawali jawaban pertanyaan itu dengan menyatakan kerusakan yang dilakukan oleh manusia itu merupakan sunnatullah. Namun, bukan berarti Allah tidak mampu menjadikan seluruh manusia di muka bumi untuk ta’at kepada-Nya. Hanya saja, Allah ingin menguji mereka dengan perbedaan tersebut. Hal ini tercermin dalam surah al-Maidah ayat 48 yang artinya, “jika Allah menghendaki niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang diberikan-Nya kepadamu.”

“Jadi, kalau ada manusia yang rusak, ya biarkan saja! Artinya kita tidak usah ikut-ikutan rusak. Lantas, bagaimana kemudian cara untuk mengoptimalkan manusia sebagai khalifah ya tingkatkan SDM kita dengan cara belajar, bergaul dengan orang baik dan sebagainya. Jadi cara untuk mengoptimalkanmu sebagai khalifah di bumi, caranya ya tingkatkan sumber daya manusiamu,” ungkapnya.

Hal yang dapat diapresiasi dari acara ngaji kitab al-Muntakhabat ini ialah komitmen dan keistiqamahan para peserta untuk mengikuti wawasan ngaji dari awal pembukaan hingga acara selesai. Selanjutnya, Ust. Abdul Hatib sebagai moderator menutup acara dengan doa. Kajian al-Muntakhobat istikomah dilaksanakan satu bulan sekali. Kajian selanjutnya akan dilakukan bulan depan. Isi dari ngaji kitab al-Muntakhabat dapat di lihat di akun youtube Alwava Media.

Majelis Halal bi Halal dan Haul Sayyidatina Khadijah Rah. : Meneladani Akhlaq Wanita Shalihah

Halal bi Halal dan Haul Sayyidatina Khadijah Rah adalah majlis rutin yang dirintis oleh Hadratusy Syaikh Romo KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi. Majlis rutin tahunan ini biasa diselenggarakan Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya, tepatnya setiap Ahad kedua bulan Dzulqaidah. Tahun ini dilaksanakan pada Ahad tanggal 19 Mei 2024 M atau 10 Dzulqaidah 1445 H.

Dalam majelis ini dibacakan manaqib Sayyidatina Khadijah Rah yang terhimpun dalam Kitab Al-Busyra fi Manaqib Sayyidah Khadijah al-Kubra Rah yang ditulis oleh Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki. Tentu saja dengan rangkaian Tawasul, Istighatsah dan doa-doa yang telah ditartibkan oleh Hadratusy Syaikh.

Habib Abdullah bin Abdurrahman Al-Habsyi dari Yaman berkesempatan menyampaikan kasidah. Beliau menasyidkan syair Natawassal yang juga gemar disampaikan oleh Sayyid Muhammad Al-Maliki.

نَتَوَسَّلْ بِالْحُبَابَة وَالْبَتُوْلِ الْمُسْتَطَابَة
وَالنَّبِي ثُمَّ الصَّحَابَة فَعَسَى دَعْوَة مُجَابَة

Kami bertawassul kepada sosok tercinta, Sayyidah Khadijah Ra dan dia yang murni lagi dihargai, Sayyidah Fatimah Ra, dan Nabi serta para sahabat, semoga doa kita diijabah

Dalam acara ini kembali digalang pendanaan untuk Pembangunan Gedung Lantai 5 Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah. Diketahui bahwa RAB untuk pembangunan gedung timur ini adalah Rp 26.457.442.242,- dan telah terkumpul senilai Rp 18.527.247.242,-, sementara kekurangannya adalah Rp 7.930.195.000,-. Dari hasil penggalangan dana acara Ahad kedua ini diperoleh senilai Rp 30.470.800,-. Semoga amal jariah para jamaah semua ini menjadi amal yang senantiasa mengalir pahalanya.

Mauidoh Hasanah disampaikan oleh Habib Abbas bin Abu Bakar Al-Haddad dari Tegal, Jawa Tengah.

 “Kita doakan para habaib kita, ulama kita, penyambung lisan Rasulullah SAW, diberikan panjang umur. Kita doakan, keluarga besar Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, yang diasuh langsung oleh KH. Ahmad Asrori Al Ishaqi. Anak-anak beliau, anak biologis dan anak-anak ideologis, wabil khusus keluarga besar beliau semoga diangkat derajatnya oleh Allah SWT,” doa beliau di awal mauidohnya.

“Anak-anak di masa depan, adalah bergantung pada pendidikan, bagaimana asuhan, bagaimana pantauan,” Habib Abbas mengapresiasi partisipasi Ukhsafi Copler Community dalam setiap majelis-majelis Al Khidmah di bawah naungan para masyayikh.

“Mereka mendidik dengan pandangan rohmah, kasih sayang. Sudah seharusnya kita memandang para guru dengan pandangan penuh takdzim, menghormat” pesan beliau.

Beliau mengungkapkan tentang pertemuan terakhir Sayyidina al-Walid Abuyya Sayyid Muhammad al-Maliki dengan Hadratusy Syaikh Romo Kyai Asrori. Di situ beliau mengijazahkan kepada Hadratusy Syaikh Romo KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi Kitab al-Busyro. Kitab berisikan manaqib Sayyidatina Khadijah Rah.

Sayyidatina Khadijah Rah sendiri merupakan istri tercinta Rasulullah SAW. Beliau istri pertama Rasulullah SAW dan menemani Rasulullah SAW dalam menjalani pahit getirnya perjuangan menyebarkan agama Islam.

Sayyidatina Khadijah Rah merupakan perempuan kaya raya. Bisnisnya menjangkau ke beberapa negara. Bukan hanya di Makah dan Madinah. Beliau perempuan terpandang dan memiliki banyak pekerja yang bisa dipercaya.

Sayyidatina Khadijah Rah merupakan wanita yang pertama kali beriman kepada Rasulullah SAW. Bukan hanya beriman, melainkan juga mengerahkan semua harta bendanya untuk perjuangan beliau. Jiwa raganya untuk Rasulullah.

Keberhasilan Rasulullah SAW tidak lepas dengan peran penting istri beliau, Sayyidatina Khadijah Rah.

لِكُلِّ رَجُلٍ عَظِيْمٍ وَرَائَهُ اِمْرَءَةٌ عَظِيْمَةٌ

“Orang hebat di belakangnya ada seorang istri atau ibu yang hebat” ungkap Habib Abas.

Beliau Sayyidah Khadijah Rah wafat pada 11 Ramadhan tiga tahun sebelum hijrahnya Rasulullah SAW. Alhasil, semoga momentum baik ini menjadi spirit kita untuk menauladani beliau Sayyidah Khadijah Rah.

اللَّهُمَّ كَما مَنَنتَ عَلَى السَّيِّدَةِ خَدِيجَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا بِتَمَامِ التَّصْدِيقِ وَالإِيمَانِ، بِنَبِيكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ فَمُنَّ عَلَيْنَا بِذلِكَ يَا قَدِيمَ الإِحْسَانِ

Ya Allah, sebagaimana Engkau karuniakan kepada Sayyidah Khadijah kesungguhan dan keimanan yang sempurna terhadap Nabi Muhammad SAW, karuniakanlah kepada kami hal demikian itu. Wahai Dzat Yang Maha Dahulu kebaikannya

اللَّهُمَّ أَعطِنَا مِنَ الدنيا مَا تَقِينَا بِهِ فِتَنَتَهَا ، وَتُعْنِينَا بِهِ عَن أَهْلِهَا، وَيَكُونُ بَلَاغاً لَنَا إِلَى مَا هُوَ خَيْرٌ مِنهَا، فَإِنَّهُ لَا حَولَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِكَ .

Ya Allah, berikan kami harta dunia yang kami mampu menghindari fitnahnya dan mencukupi kami dari berharap kepada manusia, serta menjadi sebab bagi kami melakukan kebaikan darinya. Sungguh, tiada daya dan upaya melainkan atas pertolongan Engkau, Yaa Allah.

Panduan Memilih Pesantren Bagi Calon Wali Santri

Meski diterjang isu-isu miring akhir-akhir ini, banyak orang tua masih memilih pondok pesantren sebagai tempat belajar putra putrinya. Pesantren masih diminati karena banyak hal yang ditawarkan. Kurikulum yang memadukan antara pelajaran agama dan umum, dan melatih kemandirian anak di antaranya.

Kesibukan orang tua, sehingga membuat mereka kurang waktu untuk mengontrol anak juga manjadi alasan lain mengapa mereka memilih pesantren untuk anak mereka. Sebelum memilih pesantren untuk anak mereka, tentu para orang tua perlu mempertimbangkan beberapa hal. Berikut beberapa hal yang bisa dipertimbangkan dalam memilih pesantren.

Pengasuh

Lazimnya pengasuh menjadi pertimbangan orang tua zaman dulu ketika memasukkan anaknya ke pesantren. Di masa sekarang, baiknya orang tua juga perlu mencari informasi pengasuh pesantren yang hendak ia pilihkan untuk anaknya. Riwayat pendidikan dan kehidupan pengasuh, keterlibatannya dalam perkembangan keilmuan, dan kiprahnya dalam masayarakat bisa dijadikan pertimbangan orang tua dalam memilih pesantren.

Mengapa ini perlu? Pengasuh pesantren akan menjadi tauladan utama bagi santri di pesantren tersebut. Orang tua tentu ingin mendapat suri tauladan yang baik untuk anaknya.

Kultur

Orang tua perlu mempertimbangkan kultur mereka dengan kultur pesantren yang mereka pilih. Misal orang tua yang berlatar belakang Nahdlatul Ulama (NU) idealnya memondokkan putra putrinya di pesantren NU. Ajaran dan amaliah di pesantren akan banyak sekali berdampak pada pembentukan kultur yang kelak melekat pada anak.

Mengingat tidak selamanya anak akan berada di pesantren. Kesesuaian kultur antara orang tua dan pilihan pesantren untuk putra putrinya akan mengurangi potensi konflik sosial antara orang tua, anak dan keluarganya di kemudian hari.

Kurikulum

Setiap pesantren menawarkan kurikulum yang berbeda. Ada pesantren yang berfokus pada kajian agama berbasis kitab kuning, dengan komposisi pelajaran agama lebih banyak dibanding pelajaran umum. Ada juga pesantren dengan komposisi pelajaran agama dan umum yang berimbang.

Setiap anak punya potensi yang berbeda antara satu dengan yang lain. Orang tua perlu mempertimbangkan kesesuaian potensi anak dengan kurikulum di pesantren. Dengan begitu potensi anak tidak menyelesaikan pendidikan di pesantren kerena ketidakmpuan belajar akan berkurang.

Biaya

Dalam kitab Ta’limu al-Muta’alim, biaya termasuk kebutuhan utama bagi pencari ilmu. Besaran biaya setiap pesantren tentu berbeda. Besar kecilnya biaya pesantren biasanya dipengaruhi oleh lokasi pesantren, sistem pembelajaran, tenaga pendidik dan sarana prasarana pesantren.

Memang, keberhasilan belajar di pesantren tidak melulu diukur dari fasilitas yang disediakan pesantren dan biaya yang dikeluarkan orang tua. Sehiangga, baiknya orang tua memastikan kondisi keuangannya cocok dengan biaya yang perlu dikeluarkan di pesantren pilihan.

Fasilitas dan Lingkungan

Fasilitas yang memadai seperti asrama, ruang kelas, tempat ibadah dan kamar mandi penting dalam sebuah pesantren. Selain itu, lingkungan yang bersih, aman, dan kondusif juga sangat berpengaruh pada kenyamanan dan kesehatan anak.

Orang tua perlu mengetahui fasilitas dan lingkungan pesantren yang hendak mereka pilih untuk anaknya. Orang tua bisa mencari informasi tentang pesantren yang hendak dipilih lewat media ataupun berkunjung langsung. Hal ini akan akan mengurangi keluhan dan penyesalan di kemudian hari.

Keamanan

Pesantren bukan tempat berkumpulnya semua orang baik. Pesantren adalah tempat orang-orang ingin berproses menjadi orang baik. Santri-santri yang belajar di pesantren berasal dari latarbelakang keluarga dan lingkungan yang berbeda. Mengetahui ini, potensi terjadi tindak kejahatan di pesantren pasti ada.

Orang tua perlu mencari tahu keamanan di pesantren yang hendak dipilih. Bagaimana pesantren tersebut melakukan pencegahan, dan menyelesaikan tindak kejahatan di dalamnya. Dengan begitu, orang tua akan tenang dan tidak khawatir yang berlebihan ketika anaknya sudah belajar di pesantren tersebut.

Lokasi

Pesantren yang berada di kota biasanya diuntungkan dengan akses transportasi yang mudah. Tapi, dibalik kemudahan itu, potensi santri untuk kabur dari dari pesantren juga mudah. Sebaliknya, pesantren yang terletak di pedesaan, transportasinya cenderung sulit dan potensi santri kabur juga sulit.

Tapi, pertimbangan lokasi bukan hanya soal transportasi saja. Kenyamanan sebuah pesantren juga sedikit banyak terpengaruh pada lokasinya. Oleh karena itu, orang tua perlu mempertimbangkan lokasi pesantren yang hendak dipilih. Untuk memudahkan dalam menjenguk santri dan kebutuhan mendesak lainnya.

Demikian tadi panduan ringkas dalam memilih pesantren. Di dunia ini tidak ada lembaga pendidikan yang benar sempurna sesuai dengan standar setiap orang tua. Namun, memilihkan pesantren yang nyaris ideal tentu masih bisa. Semoga panduan ini bermanfaat, dan para orang tua serta anak menemukan pesantren yang nyaris ideal sesuai harapan mereka.

Yang Perlu Disiapkan Sebelum Mondok

Mondok, atau menempuh pendidikan di pesantren, adalah pengalaman yang mengubah hidup bagi banyak individu. Bagi sebagian orang, mondok merupakan langkah besar yang mengandung banyak harapan dan tantangan. Namun, sebelum memutuskan untuk mondok, ada beberapa hal yang harus disiapkan oleh calon santri dan wali santri. Beberapa hal ini berpengaruh terhadap bagaimana perjalanan santri selama di pondok, dan dampak yang ditimbulkan setelahnya.

Tujuan dan motivasi

Langkah pertama sebelum mondok adalah memastikan pemahaman yang kuat tentang tujuan dan motivasi calon santri dan wali santri. Mengapa calon santri ingin mondok? Mengapa orang tua ingin memondokkan anaknya? Apakah untuk mendalami agama, sekadar berburu ijazah atau hal lainnya?

Calon santri dan wali santri perlu memperjelas dalam menentukan tujuan dan motivasi mondok. Dengan begitu keduanya akan terbantu fokus meraih apa yang sudah direncanakan selama mengarungi waktu mondok.

Mental dan emosional

Mondok bukanlah perjalanan yang mudah. Hal ini memerlukan ketahanan mental dan emosional yang kuat untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, menjalani jadwal yang ketat, dan menghadapi tantangan dalam proses pembelajaran.

Calon santri dan wali santri perlu menyiapkan diri secara mental dan emosional dengan membuka pikiran untuk pengalaman baru, mengembangkan kemampuan untuk beradaptasi, dan memperkuat ketahanan terhadap stres.

Komunikasi

Sebelum mondok, penting untuk memiliki komunikasi yang baik antara calon santri dan wali santri. Jangan sampai keinginan untuk mondok hanya dari satu pihak. Calon santri dan wali santri perlu berdiskusi untuk untuk menjawab satu pertanyaan penting, “mengapa harus mondok?”

Komunikasi yang terbuka dan jujur akan berpengaruh terhadap santri maupun wali santri selama perjalanan mondok berlangsung. Komunikasi ini harus terus berlanjut sebagai alat kontrol wali santri terhadap santri selama di pondok.

Adaptasi

Sebelum bulat keputusan untuk mondok, calon santri dan wali santri perlu untuk mencari tahu dan mempelajari kebiasaan dan aturan yang berlalu di bakal pondok yang akan ditempati.

Dengan begitu calon santri tidak akan mengalami culture shock. Sehingga santri tidak akan merasa tertekan serta terkejut ketika berhadapan dengan lingkungan dan budaya baru. Wali santri pun harus beradaptasi dengan kondisi baru anaknya. Sehingga tidak gampang panik sekaligus tidak gampang menyepelekan.

Kesiapan Fisik

Calon santri perlu menyiapkan diri secara fisik untuk menjalani kehidupan mondok yang mungkin lebih aktif dan lebih teratur dari kehidupan sehari-hari sebelumnya. Orang tua juga harus menyadari ketahanan fisik anaknya, sebelum memondokkannya.

Jangan sampai orang tua mengedepankan kepentingan pribadinya agar anaknya mondok, sehingga mengabaikan kondisi fisiknya. Dampaknya tentu bisa fatal. Apalagi di calon pondok anaknya, belum ada fasilitas yang mendukung kondisi fisik anaknya.

Finansial

Terakhir, nyaris semua proses belajar butuh finansial yang memadai, terlepas besar kecil nominalnya. Calon wali santri harus merencanakan dengan baik tentang biaya yang akan dikeluarkan, mulai biaya pendidikan, akomodasi, dan kebutuhan sehari-hari.

Calon santri juga perlu diajak berdiskusi terkait kebutuhan finansial yang mereka butuhkan. Bukan untuk membebani pikiran mereka, tapi lebih untuk menyiapkan mereka agar mengetahui antara kebutuhan pokok dan tidak. Sehingga biaya yang dikeluarkan saat mondok bisa terkendali.

Mondok adalah perjalanan yang penuh dengan pelajaran dan pengalaman berharga. Tentunya dengan persiapan yang matang sebelumnya, calon santri dan wali santri akan siap untuk menjalani setiap tahap perjalanan mondok dengan semangat yang tinggi. Semoga anda baik yang hendak menjadi santri atau wali santri, diberikan kesiapan yang baik, sehingga perjalan selama dipondok berbuah keberkahan, dan ilmu serta pengalaman yang didapat bermanfaat.