AlFithrah

Peringati Hari Santri 2025 Al Fithrah Selenggarakan Doa Bersama

Rabu (22/10) Peringatan Hari Santri tahun ini diselenggarakan dengan suasana berbeda di Al Fithrah Surabaya. Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya tidak menyenangkan upacara hari santri.

“Tahun ini Kita menyelenggarakan peringatan hari santri dengan kemasan sederhana. Kita benar-benar menunjukkan identitas kita, sebagai santri Al Fithrah” Ungkap Kepala Pondok, Ust. Nashiruddin, M.Pd dalam  sambutan yang disampaikannya.

Iya, Peringatan Hari Santri di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah dilaksanakan di Masjid Al Fithrah. Acara yang dimulai pukul 06.30 WIB ini diisi dengan Tawasul, Istighotsah, Yasin dan Maulidurrasul SAW. Para ustadz senior diamanahi untuk mengisinya. Di antaranya ada Ust. H. Sholeh, S.Ud, Ust. H. Hadori, S.Ud, Ust. H. Wahdy Alawy, S.Ud, Ust. H. Khoiruddin, S.Ud, dan Ust. H. Ridwan, S.Ud.

Kegiatan tahunan ini diikuti oleh seluruh peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan dari semua unit pendidikan di bawah naungan Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya. Turut hadir peserta didik RA Al Fithrah, MI Al Fithrah, PDF Wustho Al Fithrah, PDF Ulya Al Fithrah, Ma’had Aly Al Fithrah dan MDTJ Al Fithrah beserta guru-gurunya.

Agenda tahunan ini semakin istimewa dengan kehadiran putri-putri dari Hadratusy Syaikh Romo KH. Achmad Asrori Al Ishaqy. Rawuhnya beliau adalah pelipur lara hati para santri Al Fithrah semuanya. Di momentum hari santri kali ini, Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya turut menyumbang doa-doa terbaiknya.

Harapan untuk Santri Masa Depan

Peringatan Hari Santri tahun ini mengangkat tema ‘Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia’. Tema ini mengandung makna bahwa keberadaan para kiai dan santri memiliki peran yang penting dalam mengupayakan kemerdekaan bangsa.

“Tentunya dalam mengawal ini, di zaman sekarang ini, tentunya bukan mengawal dengan otot, melainkan mengawal dengan ilmu, dengan adab, dengan akhlak, dengan keterampilan, sehingga bisa menuju peradaban dunia” jelas Ust. Nashiruddin.

“Dalam konteks Al Fithrah, kita punya tanggung jawab, punya tugas untuk mengawal bagaimana cita-cita ini (ilmu agamanya menjadi teladan, ilmu umumnya tidak ketinggalan) terealisasikan” tambah Ustadz yang juga pernah menjabat sebagai kepala PDF Wustho Al Fithrah.

Di antara caranya, sebagaimana dituturkan beliau adalah dengan bersatulangkah searah seirama antar para asatidz dan santrinya.

Para perintis lembaga pendidikan pondok pesantren seluruh Indonesia memiliki cita-cita yang sama agar para santri menjadi bagian bagi warna cerah peradaban dunia. Waktu para kiai dihabiskan untuk memperhatikan para santrinya.

Siapa itu kiai? Mereka yang mampu bersabar. Mereka yang tidak ada waktu untuk istirahat, melainkan 24 jam mendoakan santrinya. Bukan berfoya-foya dengan memanfaatkan santrinya. Mereka mengamalkan hadits Nabi untuk senantiasa mengasihi seluruh makhluk-Nya.

“Santri harus punya dua tujuan; pertama, istifadah min ilmi al-ulama, mencari ilmunya para ulama; istifadhoh bi nuril ulama, menjadi corong lubernya ilmu dan keberkahan” jelas Ust. Wahdy

مَنْ عَلِمَ وَعَمِلَ وَعَلَّمَ فَذَاكَ يُدْعَى عَظِيمًا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ

“Barang siapa berilmu, beramal, dan mengajarkan (ilmu), maka dia disebut sebagai orang yang agung di dalam kerajaan langit.” Musnad al-Firdaws karya ad-Daylamī dan Ihya karya Imam Ghozali

Contohnya adalah melaksanakan sholat sesegera mungkin setelah mengetahui keutamaan sholat adalah dilaksanakan pada awal waktunya.

Contoh nyata keberhasilan adalah Syaikh Syamsuddin. Beliau mampu ber-istifadhoh sebab keestuan ngajinya kepada guru. Syaikh Syamsuddin ngaji kepada Syaikh Abdul Karim dengan berjalan kaki dari Bangkalan ke Pamekasan setiap hari.

“Kebetulan pada hari ini, Beliau Nyai Siera En Nadia juga berulang tahun. Mudah-mudahan diberikan panjang umur, kesehatan dan keberkahan, sehingga senantiasa mendoakan panjenengan semua menjadi santri yang saleh dan salehah” tutup Ust. Wahdy diaminkan oleh seluruh santri.

“Mudah-mudahan seluruh santri Indonesia, khususnya santri Al Fithrah, mendapatkan siraman keberkahan dari para guru-guru” Ust. H. Wahdy Alawy, S.Ud.

Meningkatkan Kesejahteraan Santri

Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan santri. Peringatan Hari Santri tahun ini diselenggarakan beberapa rangkaian terkait pelayanan kesehatan, baik untuk masyarakat di luar pesantren, maupun para santri.

Pengurus Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah adakan acara bakti sosial sebagai bagian dari rangkaian acara hari santri. Bakti sosial pembersihan karang gigi ini diadakan pada 19 Oktober 2025. Kegiatan yang diselenggarakan di Poskestren Al Fithrah ini dikawal oleh Drg. Yolanda dan dr. Faradila, serta diikuti 50 warga sekitar pondok.

Selain itu, Pengurus Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Surabaya menggelar kegiatan Gerakan Aksi Bergizi Cegah Stunting. Dalam kegiatan ini juga dilaksnakanan edukasi tentang kesehatan Perilaku Hidup Sehat (PHBS) untuk cegah stunting, edukasi kesehatan pola gizi seimbang bagi santri dan skrinning kesehatan santri.

Semoga momentum hari santri ini bukan sekadar doa bersama, melainkan juga menjadi batu pijakan agar para santri menjadi lebih baik lagi, senantiasa dalam rahmah, maghfiroh, dan ma’unah Allah subhanahu wa ta’ala. Aamiiin

Belajar Kepada Sahabat Yang ‘Munafik’

Tampil sempurna di hadapan banyak orang adalah keinginan semua orang. Masing-masing kita ingin terlihat tanpa kekurangan. Perilaku, penampilan hingga ucapan. Dalam praktiknya, tidak jarang ada orang yang berkebalikan. Antar luarnya berbeda dengan apa yang hatinya simpan. “Bermuka dia” atau munafik orang-orang menyebutnya.

Pemberian warning munafik sangat keras sekali Alquran menyebutnya. Di sana dikatakan bahwa kelak orang munafik berada di jurang terdalam neraka. Al-Qur’an menegaskannya:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat penolongpun bagi mereka” (QS. An-Nisa; 42).

Ancaman bagi orang munafik sedemikian dahsyatnya. Maka menjadi wajib bagi kita untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri munafik itu sebenarnya. Tujuan mengetahui ciri-ciri munafik tidak lain agar kita mampu menjauhinya. Rasulullah SAW dengan jelas menyebutkan ciri-ciri munafik dalam sabdanya:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; pertama, jika berbicara ia berbdusta, jika berjanji ia mengingkarinya, dan jika dipercaya ia mengkhianatinya”. (HR Bukhari)

Sahabat Yang ‘Munafik’

Setelah tahu munafik itu apa. Maka menjadi mudah bagi kita untuk mengidentifikasi diri, apakah ada sifat munafik pada diri kita. Dalam ayat yang lain, disebutkan sifat orang munafik berikut:

 اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْۚ وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًاۖ

“Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud tujuan ria atau (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali,” (QS. An-Nisa: 142).

Munafik adalah sifat yang tersembunyi. Kita tidak boleh menghakimi sifat munafik pada diri orang lain. Bahkan, kedekatan seseorang kepada Allah tidak serta merta membuatnya bebas dari sifat munafik ini.

Ketika mendengar ayat-ayat tentang munafik, para sahabat Nabi tidak main tuduh kepada orang lain, mereka mengintrospeksi diri masing-masing. Mereka takut dan khawatir, jangan-jangan munafik yang disebut dalam ayat itu adalah mereka sendiri.

Ibnu Abu Malikah, dari kalangan tabiin berkata:

أَدْرَكْتُ ثَلاَثِيْنَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم – كُلُّهُمْ يَخَافُ النِّفَاقَ عَلَى نَفْسِهِ

“Aku telah mendapati 30 orang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, semuanya khawatir pada dirinya terdapat tanda-tanda kemunafikan.” (HR. Bukhari No. 36)

Sebagian dari mereka berdoa,

اَللهُمَّ اِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ خُشُوْعِ النِّفَاقِ

“Wahai Allah jauhkanlah aku dari khusyuk munafik.” Para sahabat bertanya, “Apa maksudmu?” “Yaitu kekhusyukan palsu: hanya fisik, bukan hati.”

Agar Jauh Dari Munafik

Selain doa agar jari dari munafik di atas, ada resep yang bisa kita ambil dari kisah Sahabat Handzolah. Beliau termasuk di antara sekretaris Rasulullah SAW. Suatu Ketika berjumpa dengan Sahabat Abu Bakar dan menyatakan kegelisahannya.

عَنْ حَنْظَلَةَ الأُسَيِّدِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: لَقِينِي أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ: كَيْفَ أَنْتَ يَا حَنْظَلَةُ؟ قُلْتُ: نَافَقَ حَنْظَلَةُ. قَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ! مَا تَقُولُ؟ قُلْتُ: نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ يُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ، حَتَّى كَأَنَّا رَأْيُ عَيْنٍ، فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، عَافَسْنَا الأَزْوَاجَ وَالأَوْلاَدَ وَالضَّيْعَاتِ، فَنَسِينَا كَثِيرًا.

“Sungguh telah munafik Handzolah, ya Abu Bakar” ucap Sahabat Handzolah.

“Subhanallah, apa yang kau katakana wahai Handzolah?” tanya Sahabat Abu Bakar.

“Ketika saya berada di majelis Rasulullah SAW dan beliau berbicara tentang surga dan neraka,  seakan-akan terlihat oleh mata kepala saya. Namun, begitu saya keluar dari majelisnya Rasulullah SAW dan disibukkan dengan istri, anak dan keperluan hidup lainnya, saya menjadi lalai dan lupa segalanya.‘

Maka Abu Bakar pun berkata: “Demi Allah, Aku pun merasakan hal yang sama”.

Maka beliau berdua pun sowan kepada Rasulullah SAW.

“Sungguh telah munafik Handzolah, Ya Rasulullah” kata Sahabat Handzolah mengadukan permasalahannya. Rasulullah SAW, selaku ‘mursyidul a’dzom’ pun memberikan wejangannya:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى مَا تَكُونُونَ عِنْدِي وَفِي الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمْ الْمَلَائِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِي طُرُقِكُمْ وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً

“Demi Allah yang menguasai diriku, apabila kalian senantiasa melanggengkan diri seperti saat kalian berada di sisiku, dan ketika berzikir, niscaya para malaikat akan mensalami tangan kalian, dan membersamai dalam semua langkah hidup kalian. Akan tetapi wahai Handzolah, pelan-pelan” (HR. Muslim No. 2750)

Kisah ‘munafik’ Sahabat Handzolah ini memberikan pelajaran untuk istikomah dalam menghadiri majlisnya Rasulullah SAW. Dalam hal ini adalah majlis dzikir maupun majlis ilmu yang di dalamnya disampaikan tentang kebaikan, sehingga akan termotivasi untuk melakukan kebaikan tersebut.

Kalau pun tidak mampu senantiasa berada dalam majlis kebaikan, maka usahakanlah untuk menghidupkan dzikir kepada Allah SWT. Semampunya. Allah knows the best.

Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani: Figur Spiritualitas dan Kepedulian Sosial

Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani adalah di antara ulama yang namanya dikenang sepanjang masa. Ajarannya dipelajari, dikaji dan dibacakan di seluruh penjuru dunia. Indonesia di antaranya.

Biografi atau manaqib kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani dibacakan di mana-mana. Terutama di setiap setiap malam tanggal sebelas bulan hijriyah. Terlebih di bulan Rabiul Akhir di mana sembilan abad lalu beliau berpulang ke hadirat Allah subhanahu wataala.

Tulisan ini akan mengungkapkan Kanjeng Syaikh beserta peran sosialnya. Tapi sebelumnya mari kita simak biografi singkat Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani berikut ini.

Biografi Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani

Biografi Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani telah terdokumentasikan rapi. Di antara penulisnya adalah Syaikh Abdul Karim Al-Barzanji. Beliau menulis biografi Kanjeng Syaikh dalam kitabnya berjudul Al-Lujayn Al-Dani.

Dalam Kitab Al-Lujayn Al-Dani ini disebutkan bahwa lahir Kanjeng Syaikh pada tahun 471 H di Jilan, Persia yang sekarang masuk daerah Iran. Kanjeng Syaikh lahir pada 1 Ramadhan 470 H dalam salah satu pendapat.

Di masa mudanya, Kanjeng Syaikh banyak menghabiskan waktunya untuk riyadoh dan belajar. Beliau adalah pribadi yang sederhana. Dalam Kitab Al-Lujayn Al-Dani disebutkan:

وَكَانَ لِبَاسُهُ جُبَّةَ صُوْفٍ وَعَلَى رَأْسِهِ خُرَيْقَةً يَمْشِي حَافِيًا فِي الشَّوْكِ وَالْوَعِرْ * لِعَدَمِ وِجْدَانِهِ نَعْلًا يَمْشِي فِيهَا * وَيَقْتَاتُ ثَمَرَ الْأَشْجَارِ وَقَمَامَةَ البَقْلا لِتَرْمَى * وَوَرَقَ الْحَشِيشِ مِنْ شَاطِئِي النَّهْرِ * وَلَا يَنَامُ غَالِبًا وَلَا يَشْرَبُ الْمَاءَ *

“Pakaian yang dipakainya adalah jubah dari berbahan bulu, kepalanya ditutupi secarik kain, berjalan tanpa sandal saat melintasi tempat-tempat berduri di tanah terjal. Yang demikian itu dilakukan Kanjeng Syaikh karena tidak menemukan sandal. Sementara makanannya adalah buah buahan yang masih dipohon, sayuran yang sudah dibuang, serta daun rerumputan yang berada di tepian sungai. Namun, lebih seringnya, Kanjeng Syaikh lebih banyak tidur dan tidak minum”.

Setidaknya ada 13 jenis keilmuan yang beliau pelajari setiap harinya. Berikut dikatakan oleh Syaikh Abdul Karim Al-Barzanji:

وَكَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقْرَأُ فِي ثَلَاثَةَ عَشَرَ عِلْمًا التَّفْسِيرَ وَالْحَدِيثَ وَالْخِلَافَ وَالْأُصُولَ وَالنَّحْوَ وَالْقِرَاءَةَ وَغَيْرَ ذَلِكَ

Syekh Abdul Qadir Al-Jilani tiap hari mengajarkan tiga belas macam ilmu yaitu: Tafsir Al-Qur’an, Hadits, ilmu Khilaf, ilmu Ushul yakni Ushulul Kalam/Ushulul Fiqih, ilmu Nahwu, ilmu Qira’ah/Tajwid, ilmu Huruf, ilmu Arudl/Qawâfi, ilmu Ma’âni, ilmu Badi’, ilmu Bayan, Tashawuf/Thariqah. ilmu Manthiq, dan sebagainya.

Beliau Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani wafat pada 11 Rabiuts Tsani 571 H pada usia 91 tahun. Setiap malam tanggal sebelas bulan Rabiuts Tsani diselenggarakan Haul Akbar Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani di PP Darul Ubudiyah Raudlatul Muta’alimin Jatipurwo Surabaya.

Peran Sosial Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani

Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani telah banyak menyampaikan pesan-pesan kebaikan. Banyak secara lisan dalam majlis pengajian maupun dalam tulisan.

Pengajian Kanjeng Syaikh biasa diselenggarakan pada Ahad pagi sebagaimana Kitab Futuhul Ghaib menjelaskannya.

Selain penyampaian lisan dan tulisan, Kanjeng Syaikh juga memberikan tuntunan. Beliau mentauladankan untuk lebih banyak berkhidmah kepada orang-orang yang tak berpunya.

Dalam bersosialisasi, beliau cenderung menghindari para pejabat dan orang-orang kaya. Beliau lebih sering membersamai orang-orang papa, bahkan membersihkan pakaian mereka.

Berikut disampaikan oleh Syaikh Abdul Karim Al-Barzanji:

وَكَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مَعَ جَلَالَةِ قَدْرِهِ وَبُعْدِ صِيْتِهِ وَعُلُوَ ذِكْرِهِ يُعَظِمُ الْفُقَرَاءَ * وَيُجَالِسُهُمْ وَيَفْلِي لَهُمْ ثِيَابَهُمْ *

Kanjeng Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani mempunyai derajad tinggi. Namanya harum ke mana-mana. Terkenal mau menghormati fakir miskin, menemani duduk mereka, membersihkan sendiri kutu-kutu yang ada di pakaian mereka.

Ajaran Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani

Ada banyak ajaran Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani. Baik yang didokumentasikan dalam kitab tentang biografi sendiri, maupun yang beliau tauladankan.

Bahwa biografi Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani adalah bersumber dari kitab manaqib

Berikut kami sampaikan sedikit di antara ajaran Kanjeng Syaik Abdul Qodir Al-Jilany:

Tidak jatuh karena cobaan

Sebagai figur spiritual, Kanjeng Syaikh sering untuk mengingatkan agar tidak mudah untuk terjatuh karena cobaan.

لَا تَخْتَرْ جَلْبَ النَّعْمَاءِ وَلَا دَفْعَ البَلْوَى * فَإِنَّ النَّعْمَاءَ وَاصِلَةٌ إِلَيْكَ بِالْقِسْمَةِ اسْتَجْلَبْتَهَا أَمْ لَا * وَالْبَلْوَى حَالَةً بِكَ وَإِنْ كَرِهْتَهَا * فَسَلِّمْ لِلَّهِ فِي الكُلِّ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ * فَإِنْ جَاءَتْكَ النَّعْمَاءُ فَاشْتَغِلْ بِالذِّكْرِ وَالشَّكْرِ *

Syekh Abdul Qadir Al-Jilany berkata: Janganlah engkau hanya inginkan kenikmatan dan menolak cobaan. Sungguh kenikmatan pasti datang kepadamu sesuai takaran Allah, baik engkau mengupayakannya maupun tidak. Demikian pula cobaan, meskipun kau membencinya, pasti akan datang kepadamu. Maka serahkanlah segala urusan kepada Allah, yang melakukan apa pun yang Dia kehendaki.

Bersabar dan bersyukur

فَإِنْ جَاءَتْكَ النَّعْمَاءُ فَاشْتَغِلْ بِالذِّكْرِ وَالشَّكْرِ * وَإِنْ جَاءَتْكَ البَلْوَى فَاشْتَغِلْ بِالصَّبْرِ وَالْمُوَافَقَةِ وَإِنْ كُنْتَ أَعْلَى مِنْ ذَلِكَ فَالرِّضَا وَالتَّلَذُّدُ * وَاعْلَمُوا أَنَّ البَلِيَّةَ لَمْ تَأْتِ الْمُؤْمِنَ لِتُهْلِكَهُ * وَإِنَّمَا أَتَيْهُ لِتَخْتَبِرَهُ *

Tatkala kenikmatan datang menghampirimu, sibukkanlah diri dengan mengingat Allah dan bersyukur. Sementara bila cobaan yang datang, sibukkanlah diri dengan kesabaran dan kesadaran. Kemudian, jika engkau ingin mendapat tempat yang lebih tinggi lagi dari semula, maka kau harus rida dan berusaha menikmati ujian. Ketahuilah bahwa ujian turun bukan untuk membinasakan orang mukmin, tetapi untuk mengujinya.

Jangan asal membenci

إِيَّاكُمْ أَنْ تُحِبُّوْا أَحَدًا أَوْ تَكْرَهُوهُ إِلَّا بَعْدَ عُرْضِ أَفْعَالِهِ عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ * كَيْلَا تُحِبُّوْهُ بِالْهَوَى وَتَبْغُضُوْهَ بِالْهَوَى *

Syekh Abdul Qadir: Berhati-hatilah kalian! Jangan sampai mencintai atau membenci seseorang, kecuali setelah menimbang perbuatan-perbuatannya dengan ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah. Tujuannya agar kalian tidak menyukai atau membencinya karena hawa nafsu.

Berikut tulisan singkat tentang Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani yang bisa kita ambil pelajaran dan hikmahnya. Semoga kita digolongkan sebagai murid-muridnya, serta mampu menauladani dan mengamalkan ajarannya. Aamiin

Estafet Kepemimpinan Menuju Al Fithrah yang Lebih Berkah

Selasa (30/9) Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya selenggarakan pemindahan estafet kepemimpian kepengurusan kepada pengurus baru. Acara yang diselenggarakan di Pendopo Al Fithrah ini dibuka dengan Tawasul, Istigotsah dan Maulid fi Hubby, sebagaimana yang telah ditentukan oleh para guru.

“Acara (estafet kepemimpinan) ini akan menjadi momentum yang akan menentukan masa depan Al Fithrah dalam 4 tahun ke depan” Ucap Ust. Mustaqim, M.Ag, selaku Ketua Komisi Pemilihan Umum Kepengurusan Pesantren (KPUKP).

“Semoga melalui ini tercipta kerjasama yang baik antar rasionalitas dan spiritual. Sebagai implementasi ayat:


إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

“Sungguh Allah memerintahkan kalian untuk menyampaikan amanat kepada yang bersedia, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia agar kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang terbaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. An-Nisa ayat 58).

“Teriring doa semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua, guyub rujun dalam berkhidmah” Tutup beliau.

Pengukuhan Kepemimpinan Baru

Pembacaan Surat Keputusan Kepengurusan Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya disampaikan oleh Ust. Ahmad Syathori, M.Fil.I. Selanjutnya dibacakan susunan pengurus baru Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya oleh Ust. Ali Mastur, M.Pd.

Dalam kesempatan ini, Ust. Nashiruddin, M.Pd dilantik menjadi Kepala Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya periode 2025-2029 menggantikan Ust. Kunawi, M.Pd.

Dokumentasi Penyerahan Estafet Kepemimpinan Kepengurusan Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya dari Ust. Kunawi, M.Pd kepada Ust. Nashiruddin, M.Pd

Agenda empat tahunan yang dihadiri oleh seluruh dewan pengurus Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya ini dibacakan para kepala baru unit lembaga pendidikan di Al Fithrah. RA Al Fithrah dikepalai oleh Usth. Nuriyah, S.Pd. MI Al Fithrah dikepalai Ustdh. Zumrotul Fauziyah, S.Pd.I, Kepala PDF Wustha Al Fithrah oleh Ust. Nur Yasin, S.Ud, PDF Ulya Al Fithrah dikepalai Ust. Nashiruddin, S.Pd, M.M, dan Mudir Ma’had Aly dan MDTJ adalah Ust. Abdullah, S.Ud, M.Pd

Struktural Lengkap Kepengurusan Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya baca di sini

Pakta Integritas Kepemimpinan

Setelah penyerahan jabatan dari kepemimpinan lama kepada kepemimpinan baru, pembacaan pakta integritas dipimpin oleh Ust. Ilyas Rahman, S.Ud. Para pengurus yang hadir turut berdiri membacakan pakta integritas kepemimpinan secara bersama-sama.

Selesai pembacaan pakta integritas dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Sambutan mewakili pengurus lama disampaikan oleh Ust. Kunawi, M.Pd selaku Kepala Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya periode 2021-2025 memohon maaf apabila terdapat kekurangan selama melaksanakan tugas empat tahun di Al Fithrah.

Ust. Nashiruddin, M.Pd mewakili pengurus baru juga turut menyampaikan sambutannya.
“Bahwa pernah didawuhkan oleh Hadratusy Syaikh, Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya ini harus menjadi contoh terdepan dalam hal agama. Baik itu dalam hal pendidikan, kewadzifahan, administrasi dan keuangan” Ucap Kepala Pondok periode tahun 2025-2029.

“Kami sangat mengharapkan tuntunan dan bimbingan, terutama dari para dewan penasehat” tutup beliau.

Nasihat Kepemimpinan

Penyampaian nasehat disampaikan salah satu dewan penasehat Al Fithrah. Dalam hal ini disampaikan oleh Ust. Khoiruddin, S.Ud.
“Saya yakin, panjenengan semua di sini tidak ada keinginan untuk menjadi pemimpin di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya” buka beliau yang kemudian mengutip ayat Alquran.

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”, (QS. Al Ahzab 72)


Beliau berpesan agar para pengurus selalu mengutamakan keterbukaan dan saling berkoordinasi dalam menjalankan masing-masing khidmahnya.

Semoga, kepemimpinan baru Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya ini akan membawa dampak kemajuan bagi Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya. Mewujudkan Al Fithrah yang lebih berkah, manfaat dan maslahat. Aamiin

Allah Ridha dengan Taubat Hamba-Nya

Jangan Menunda untuk Kembali

Sering kali kita merasa langkah kita sudah terlalu jauh, noda dosa terlalu menumpuk, hingga muncul bisikan putus asa: “Apakah mungkin Allah masih mau menerima taubatku? Bagaimana jika aku kembali jatuh dalam dosa setelah bertaubat? Apakah taubatku masih berarti?” Pertanyaan-pertanyaan semacam itu kerap membuat kita menunda untuk kembali kepada Allah, bahkan ada yang akhirnya larut dalam keputusasaan.

Padahal, dalam kondisi hati yang gundah itu, sebaiknya kita kembali merenungi sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan Imam Muslim no. 2675. Rasulullah Saw. bersabda:

لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ أَحَدِكُمْ، مِنْ أَحَدِكُمْ بِضَالَّتِهِ، إِذَا وَجَدَهَا

“Sungguh, Allah lebih gembira dengan taubat salah seorang di antara kalian, daripada kegembiraan seseorang yang menemukan kembali barangnya yang hilang.” (HR. Muslim)

Kisah Musafir dan Unta yang Hilang

Dalam riwayat lain yang terdapat redaksi hadits di atas, Rasulullah Saw. menceritakan kisah seorang musafir yang kehilangan untanya di tengah padang pasir. Pada unta itu terdapat bekal makanan dan minuman, satu-satunya sumber kehidupan baginya. Ia pun berusaha mencarinya ke segala arah, namun tidak juga menemukannya. Lelah, lapar, haus, dan putus asa menyelimuti dirinya. Ia pun berbaring di bawah sebuah pohon, pasrah menunggu ajal.

Namun, saat ia terbangun, tiba-tiba unta itu telah berdiri di hadapannya. Betapa kaget dan bahagianya ia! Saking gembiranya, ia sampai salah ucap, Ya Allah, Engkau hambaku, dan aku Tuhan-Mu.” (padahal ia ingin mengatakan sebaliknya). Itu semua karena kebahagiaan yang begitu meluap-luap.

Dalam riwayat ini, Rasulullah Saw. menegaskan, kebahagiaan Allah menerima taubat hamba-Nya jauh lebih besar daripada kebahagiaan musafir yang menemukan kembali unta dan kehidupannya.

Pandangan Ulama tentang Taubat

Ibn al-Qayyim ra. (Madarij al-Salikin (1/274) menjelaskan:

فالتوبة هي بداية العبد ونهايته، وحاجتُه إليها في النهاية ضرورية، كما حاجتُه إليها في البداية كذلك.

Taubat adalah permulaan seorang hamba sekaligus akhirnya. Kebutuhan hamba terhadap taubat di akhir hayatnya adalah suatu keniscayaan, sebagaimana kebutuhannya terhadap taubat di awal perjalanannya.

Kemudian beliau mengutip firman Allah Ta‘ala:

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. Al-Nur: 31)

Ayat ini terdapat dalam surah Madaniyyah, di mana Allah memerintahkan orang-orang beriman—yang sudah berjuang dengan iman, kesabaran, hijrah, dan jihad—untuk tetap bertaubat kepada-Nya. Allah bahkan menggantungkan keberuntungan (al-falaah) dengan taubat, sebagaimana akibat yang pasti mengikuti sebabnya. Penggunaan kata “la‘alla” dalam ayat ini memberi isyarat bahwa keberhasilan dan kemenangan hanya bisa diharapkan oleh mereka yang bertaubat.

Maka, jelaslah bahwa taubat adalah awal sekaligus akhir perjalanan seorang hamba, dan kebutuhannya terhadap taubat tidak pernah berhenti sampai ajal menjemput.

Hikmah yang Bisa Dipetik

Dari telaah hadits di atas bisa disimpulakan beberapa hikmah yang bisa kita ambil, di antaranya:

  • Allah membuka pintu taubat seluas-luasnya. Selama ruh belum sampai di tenggorokan, kesempatan untuk kembali kepada-Nya masih ada.
  • Jangan menunda taubat. Menunda hanya memperbesar peluang kita kembali hanyut dalam dosa dan kehilangan kesempatan.
  • Taubat butuh tekad. Niat yang tulus untuk meninggalkan dosa, disertai usaha untuk tidak mengulanginya, adalah syarat diterimanya taubat.
  • Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Rasa ridha dan bahagia-Nya atas taubat hamba adalah tanda kasih sayang yang tiada tara.

Penutup

Maka, jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah. Betapapun besar dosa kita, ampunan Allah jauh lebih besar. Sebagaimana firman-Nya:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Zumar: 53) Semoga Allah menerima setiap taubat kita, menyucikan hati kita, dan menjaga kita dari perbuatan maksiat. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.